Klaim teritorial sepihak tersebut tumpang tindih dengan
klaim beberapa negara ASEAN dan Taiwan. Selain dengan China, Laut China Selatan
sendiri berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Dalam unjuk kekuatan melawan klaim China, kapal perang AS
telah melewati Laut China Selatan dengan frekuensi yang meningkat dalam
beberapa tahun terakhir, menyerukan kebebasan hak navigasi.
Baca Juga:
Inovasi Crowdsourcing Maritim di Tengah Konflik Natuna
Dalam perkembangan terkait, Menteri Luar Negeri Filipina
Teodoro Locsin mengatakan negara itu akan memperpanjang pakta militer penting
dengan AS, setelah berbulan-bulan negosiasi antara kedua negara.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengancam pada
Februari tahun lalu untuk membatalkan Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA)
setelah Washington membatalkan visa sekutu dekat yang memimpin perangnya yang
dikutuk secara internasional terhadap narkoba.
Duterte, yang telah membina hubungan lebih dekat dengan
China, kemudian membalikkan keputusannya, yang menurut para analis dapat
semakin melemahkan kerjasama militer yang erat selama beberapa dekade antara
Manila dan Washington, DC.
Baca Juga:
Peran Penting Indonesia dalam Menangani Konflik Laut China Selatan (LCS)
Ini adalah ketiga kalinya Duterte memperpanjang kesepakatan,
yang memberikan kerangka hukum untuk latihan militer bersama dengan AS.
Keputusan Duterte juga datang ketika China meningkatkan
serangan ke perairan Filipina, membuat marah banyak orang Filipina. Filipina
dan AS mengadakan latihan bersama yang diperkecil pada bulan April setelah latihan
perang tahun lalu dibatalkan karena corona. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.