WahanaNews.co, Jakarta - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) menyebutkan bahwa para penumpang pesawat Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines pada 5 Januari 2024 lalu kemungkinan menjadi "korban kejahatan".
Melansir dari Reuters, surat-surat yang merupakan langkah prosedural dalam beberapa investigasi kriminal oleh Departemen Kehakiman menandakan bahwa penyelidikan terhadap keadaan darurat Max 9 terus berlanjut. Dalam surat-surat yang tertanggal pada Selasa tersebut, FBI telah mengidentifikasikan para penumpang sebagai "kemungkinan korban kejahatan".
Baca Juga:
Teror di Tengah Kampanye: Sniper Tembak Donald Trump, Dinas Rahasia AS Tangani Insiden
"Kasus ini, saat ini sedang diselidiki oleh FBI. Investigasi kriminal dapat memakan waktu lama dan karena beberapa alasan kami tidak dapat memberi tahu Anda tentang perkembangannya saat ini," tulis surat tersebut, dikutip Minggu (24/3/2024) melansir CNBC Indonesia.
Seorang juru bicara FBI di Seattle menolak untuk berkomentar. Hal itu dilakukan dengan alasan kebijakan Departemen Kehakiman yang "tidak mengonfirmasi atau menyangkal adanya penyelidikan".
Pada 2022 lalu, Departemen Kehakiman memperbarui pedomannya untuk menginformasikan korban tentang potensi kejahatan setelah kerabat dari 346 orang yang tewas dalam dua kecelakaan Boeing 737 Max 8 pada 2018 dan 2019 mengatakan hak-hak hukum mereka telah dilanggar ketika Departemen tersebut melakukan penundaan penuntutan pada Januari 2021.
Baca Juga:
Merchant Pengguna QRIS Muamalat Meningkat Lima Kali Lipat
Departemen tersebut juga meminta maaf karena tidak bertemu dengan keluarga korban kecelakaan sebelum pengumuman kesepakatan yang mengakhiri penyelidikan selama 21 bulan terhadap desain dan pengembangan 737 MAX 8.
Boeing menolak berkomentar pada Jumat, tetapi mengatakan bahwa pihaknya akan terus bekerja sama secara penuh dan transparan dengan seluruh penyelidikan pemerintah.
Sementara itu, Alaska Airlines mengatakan bahwa pihaknya sepenuhnya bekerja sama dalam penyelidikan dan tidak yakin maskapai tersebut menjadi target penyelidikan.
Sebelumnya, panel penutup pintu robek dari sisi jet MAX 9 di ketinggian 16 ribu kaki dan menyebabkan lubang persegi panjang seukuran lemari es di dalam pesawat.
Pesawat itu robek sesaat setelah lepas landas dari Portland, Oregon, dalam perjalanan ke Ontario, California. Akibatnya, pilot terpaksa berbalik dan mendarat darurat. Beruntung, 171 penumpang dan enam awak selamat. Namun, tujuh penumpang dan satu pramugari mengalami luka ringan.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional mengatakan, empat baut kunci tampaknya hilang dari pesawat yang dikirimkan Boeing beberapa bulan sebelumnya. Boeing mengatakan bahwa pihaknya yakin dokumen yang diperlukan yang merinci pelepasan baut tidak pernah dibuat.
Setelah insiden tersebut, FAA melarang terbang MAX 9 selama beberapa minggu, melarang Boeing meningkatkan tingkat produksi MAX, dan memerintahkannya untuk mengembangkan rencana komprehensif untuk mengatasi "masalah pengendalian kualitas sistemik" dalam waktu 90 hari.
Peristiwa jebolnya bagian pintu pesawat itu disebut menimbulkan berapa kengerian ke penumpang. Ini pun diakui Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), Jennifer Homendy.
"Saya membayangkan ini adalah peristiwa yang cukup mengerikan. Kita jarang membicarakan dampak psikologis, tapi saya yakin hal itu terjadi di sini," katanya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]