“Ada banyak kehilangan hewan, masalah flora dan fauna. Selain itu, ini adalah sumber pekerjaan kami. Jika kita kehilangan ini, apa yang akan terjadi dengan kita besok?” katanya.
Petugas pemadam kebakaran, polisi dan sukarelawan telah berusaha selama berminggu-minggu untuk memadamkan api, yang telah terjadi di tengah kekeringan terkait dengan fenomena iklim La Niña karena suhu telah meningkat di sekitar planet ini.
Baca Juga:
Kebakaran Hanguskan Rumah Makan di Tapanuli Tengah, Kerugian Mencapai Rp150 Juta
“Semuanya datang bersama-sama; kekeringan selama satu setengah tahun, suhu tinggi, kurangnya hujan dan tekanan air yang dialami tanaman, bahkan tanah itu sendiri,” kata Josefina Piñeiro, seorang penduduk Corrientes kepada Reuters.
Gambar dari daerah tersebut menunjukkan petak besar ladang yang terbakar, akar pohon yang membara, hewan mati atau melarikan diri dari api, dan petugas pemadam kebakaran yang kelelahan. Unit pemadam kebakaran sudah mulai berdatangan dari seluruh penjuru Argentina, Brasil, dan Bolivia.
Pihak berwenang memperkirakan kerugian sejauh ini lebih dari 26 miliar peso Argentina (lebih dari US$ 240 juta atau Rp 3,4 triliun), dan para ahli mengatakan provinsi itu bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Argentina membatasi ekspor daging sapi tahun ini karena kurangnya curah hujan.
Baca Juga:
Polisi Lakukan Olah TKP Kebakaran Rumah Makan Lubers Sorkam
“Seniman dan tokoh masyarakat berkampanye untuk mengumpulkan dana bagi para korban, sementara sumbangan sembako mengalir ke daerah tersebut. Sementara para warga membawa buah, air, dan es,” kata Laura Núñez, seorang sukarelawan yang membantu memadamkan api. [qnt]