WahanaNews.co | Kepala Departemen Kemasyarakatan dan Media Synodal Patriarki Kristen Ortodoks Moskow, Vladimir Legoyda, turut mengecam aksi pembakaran Al Quran di Swedia pada pekan lalu.
Pembakaran Al Quran dilakukan politikus sayap kanan asal Denmark, Rasmus Paludan, saat berunjuk rasa menentang Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Stockholm, Swedia.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
Warga Swedia berdemo setelah Erdogan meminta Swedia tak lagi melindungi warga Kurdi di negaranya jika ingin direstui gabung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Legoyda kemudian menganggap pembakaran Al Quran itu sudah melampaui batas penghormatan terhadap kepercayaan setiap orang.
"Pembakaran Al Quran dekat Duta Besar Turki di Swedia adalah aksi vandalisme yang tidak dapat diterima," kata Legoyda dalam Telegram, dikutip dari kantor berita Rusia, TASS.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
"Seorang tak boleh meludahi sesuatu yang dianggap suci bagi orang lain. Tak boleh ada yang melewati batas kemanusiaan dan menodai hal-hal sakral sebagai bagian dari perjuangan politik," ujarnya lagi.
Komunitas warga muslim di Rusia sebelumnya mengutuk keras tindakan Paludan yang membakar Al Quran.
Melansir CNN Indonesia, kecaman keras juga telah dilontarkan sejumlah negara mayoritas muslim dari Indonesia hingga Arab Saudi.
Di Arab Saudi, mufti besar negara tersebut Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Sheik, mengutuk keras aksi pembakaran Al Quran oleh politikus Swedia tersebut.
Al-Sheikh menganggap ulah Paludan tersebut provokatif bagi umat muslim dunia hingga memicu perselisihan dan mendukung ekstremisme.
Ia juga mengutuk otoritas Swedia yang membiarkan seorang politikus melakukan aksi tercela seperti itu.
"Praktik biadab dan provokatif ini hanya akan meningkatkan keimanan umat Islam dengan keyakinan mereka terhadap status Al Quran, karena Al Quran merupakan sumber hukum dan pendekatan yang benar dalam menyebarkan ajaran serta nilai-nilai perdamaian serta kehidupan," ucap Al-Sheikh seperti dikutip kantor berita pemerintah Saudi, SPA, pada Selasa (24/1). [rna]