WahanaNews.co | Duta Besar Afghanistan untuk China, Javid Ahmad Qaem, melepas jabatannya pada awal Januari setelah berbulan-bulan tidak digaji oleh Kabul usai perebutan kekuasaan oleh Taliban. Hal itu diungkapkannya di Twitter.
Dalam surat serah terima tertanggal 1 Januari, yang juga diposting di Twitter, Qaem mengatakan bahwa banyak diplomat di kedutaan telah pergi, dan Kabul belum mengirimi mereka gaji sejak Agustus.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
"Ada banyak alasan, pribadi dan profesional, tetapi saya tidak ingin menyebutkannya di sini," katanya tentang keputusannya untuk pergi seperti dilansir dari Reuters, Selasa (11/1/2022).
Dalam suratnya, Qaem mengatakan orang baru telah ditugaskan di kedutaan, dan hanya menyebutnya sebagai "Tuan Sadaat."
Surat Qaem mengatakan bahwa pada 1 Januari ada sisa USD100.000 atau sekitar Rp1,4 miliar di salah satu rekening bank kedutaan, serta jumlah yang tidak diungkapkan di rekening lain. Surat itu juga mencatat bahwa kunci lima mobil kedutaan akan ditinggalkan di kedutaan besar Afghanisyan dan dua mobil perlu disingkirkan.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
"Saya sudah membayar semua staf lokal sampai 20 Januari 2022. Pekerjaan mereka sudah selesai," katanya.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang siapa pengganti Qaem.
Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada briefing harian hari ini bahwa Qaem telah meninggalkan China, tanpa memberikan rincian kapan atau ke mana dia pergi.
China berbagi perbatasan dengan Afghanistan dan Beijing telah mengirim pasokan bantuan kemanusiaan ke negara itu sejak kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan pada bulan Agustus lalu.
Pemerintah internasional, termasuk China, hingga kini belum mengakui pemerintah Taliban sebagai pemerintah yang sah. Sanksi ketat telah melumpuhkan keuangan publik negara itu.
Kembalinya Taliban secara tiba-tiba ke kekuasaan telah membuat ratusan diplomat Afghanistan di luar negeri dalam keadaan yang tidak pasti, takut dengan nasib keluarganya di Tanah Air dan putus asa untuk mendapatkan perlindungan di luar negeri.
Sejak Agustus, China telah meminta Taliban untuk membuat kebijakan yang moderat sambil membasmi kelompok-kelompok yang dianggap mengancam stabilitas di wilayah barat jauh Xinjiang.
Beijing juga menyerukan kekuatan Barat untuk mengakhiri sanksi dan mengirim bantuan ke Afghanistan. [qnt]