WahanaNews.co | Sejumlah warga sipil yang tinggal di Mariupol, khususnya di kompleks pabrik baja Azovstal, secara perlahan kini telah bisa keluar dan dievakuasi ke tempat lain.
Seperti yang diketahui, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan pasukan militernya untuk memblokade Azovstal supaya tidak ada satu pun kombatan yang bisa keluar.
Baca Juga:
Rusia Angkut Baja dari Kota Mariupol, Ukraina: Penjarahan!
Para warga sipil Mariupol yang berhasil keluar mengaku telah diperlakukan buruk oleh para tentara Rusia.
Berikut ini adalah sejumlah kesaksian para warga Mariupol:
Baca Juga:
Dirugikan Perang, Miliarder Ukraina Bakal Tuntut Rusia
1. Tentara Rusia Lucuti Pakaian Wanita
Pada Kamis (5/5/2022), sejumlah wanita Ukraina pergi meninggalkan Mariupol.
Para wanita tersebut pergi melakukan evakuasi dalam misi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan misi palang merah internasional.
Kebanyakan wanita yang pergi dari sana adalah istri dan kekasih para tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal di Mariupol.
Dikutip dari Thesun.co.uk, mirisnya, para wanita Ukraina yang pergi dari Mariupol disebut diperlakukan tak manusiawi oleh para tentara Rusia.
Mereka beberapa kali dipaksa untuk tanpa busana di pos pemeriksaan tentara Rusia.
"Wanita yang memiliki pasangan yang bekerja di pasukan militer Ukraina atau polisi diancam (tentara Rusia)," ujar wanita bernama Katia yang pergi dengan dua orang anaknya.
"Mereka dijanjikan bahwa mereka akan dikirimi kepala suami mereka di dalam kotak."
"Kami ditelanjangi, semua luka dan tato dicek, pakaian dalam wanita digerayangi," ujar Katia.
2. Lama Tak Lihat Matahari
Dilansir dari BBC, Senin (2/5/2022), Rusia mengatakan puluhan warga sipil telah tiba di sebuah desa yang dikuasainya.
Sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan, sekelompok besar juga sedang dalam perjalanan ke Zaporizhzhia, yang dikuasai Ukraina.
"Kelompok pertama sekitar 100 orang sudah menuju ke daerah yang dikendalikan. Besok [Senin] kita akan bertemu mereka di Zaporizhzhia," cuitnya di Twitter @ZelenskyyUa.
PBB mengkonfirmasi bahwa “operasi lintas pengaman” telah mulai mengevakuasi warga pada hari Sabtu.
Tim ini terdiri keterlibatan relawan, PBB dan Palang Merah.
PBB tidak memberikan perincian di mana orang-orang dibawa atau berapa banyak yang telah pergi, dengan mengatakan bahwa informasi itu dapat membahayakan keselamatan operasi.
Rekaman Reuters dari kompleks menunjukkan proses evakuas warga sipil, terutama wanita dan anak-anak.
Mereka dibantu untuk berjalan di atas tumpukan puing-puing, dan naik bus dengan jendela yang hilang.
Seorang wanita dengan bayi berusia enam bulan mengatakan mereka telah terperangkap di pabrik baja selama dua bulan.
Wanita lain yang lebih tua mengatakan mereka sudah kehabisan makanan.
Pejabat Ukraina mengatakan penembakan Rusia dilanjutkan di pabrik baja setelah gencatan senjata singkat dilakukan hari Minggu.
Denys Shleha dari Garda Nasional Ukraina mengatakan sementara puluhan orang telah diselamatkan, beberapa ratus warga sipil, termasuk anak-anak, masih berada di bunker.
Dia menambahkan bahwa setidaknya dua upaya evakuasi seperti ini akan diperlukan untuk mengeluarkan semua orang.
"Anda tidak bisa membayangkan apa yang telah kami alami, teror," kata Natalia Usmanova, 37 tahun.
Ia adalah seorang pengungsi ke wilayah yang dikuasai Rusia dilansir kantor berita Reuters.
"Saya khawatir bunker itu tidak akan tahan - saya sangat takut," ucap Usmanova.
"Ketika bunker mulai bergetar, saya histeris, suami saya dapat menjamin itu: saya sangat khawatir bunker akan runtuh."
"Kami tidak melihat matahari begitu lama."
3. Rasa Malu di Mata Para Tentara Rusia
Seorang wanita Ukraina mengaku melihat ada hal yang tak biasa dari perilaku para tentara Rusia ketika proses evakuasi berlangsung.
Ia mengaku melihat adanya rasa malu dari mata sejumlah tentara Rusia.
Dikutip dari Sky News, hal ini ia lihat ketika dirinya didampingi para tentara Rusia tersebut pergi menuju bus untuk dievakuasi.
"Mereka mencoba untuk menjustifikasi diri mereka sendiri, mereka mencoba untuk menjelaskan kepada diri mereka sendiri," ucapnya.
Wanita yang tak disebutkan namanya ini juga mengakui dirinya sempat tidur di lantai hingga empat hari saat berlindung dari serangan pasukan Rusia.
Ketika tempat tinggalnya itu hancur, ia langsung bergegas mengambil barang-barangnya lalu kabur.
Pada suatu ketika, wanita itu juga mengaku sempat memakan biskuit yang ditemukan di lantai sudah dalam kondisi tercampur gelas dan semen.
Wanita itu ingin memberitahu orang-orang di seluruh dunia bahwa kejadian seperti ini masih terjadi di abad ke-21. [gun]