WahanaNews.co | Kim Jong Un memecat pejabat militer nomor dua di Korea Utara, Pak Jong Chon, menjelang pergantian tahun yang baru lalu.
Seorang pejabat Korut mengatakan kepada KCNA, Minggu (1/1), bahwa Pak dipecat dari jabatan wakil kepala Komisi Militer Pusat Partai Buruh sekaligus sekretaris partai pada pekan lalu.
Baca Juga:
China Ancam AS, Minta Segera Kurangi Senjata Nuklir
Sebagaimana dilansir Reuters, posisi Pak kemudian diisi oleh Ri Yong Gil. Namun, tak ada keterangan lebih lanjut mengenai alasan Pak dipecat.
Korut sendiri memang kerap merombak jajaran kepemimpinan dalam pertemuan akhir tahun Partai Buruh.
Dalam rapat itu, biasanya Partai Buruh mengumumkan bongkar pasang pejabat dan keputusan kebijakan besar lainnya.
Baca Juga:
Pertemuan Epik Prabowo-Putin: Langkah Besar Menuju Era Baru Nuklir
Sejumlah cuplikan video yang ditayangkan di stasiun televisi Korut menunjukkan Pak duduk di baris terdepan di hadapan podium di awal rapat itu.
Selama rapat, Pak menundukkan kepalanya, sementara anggota partai lainnya mengangkat tangan memberikan pendapat terkait masalah-masalah keanggotaan. Tak lama setelah itu, kursi Pak terlihat kosong.
Ia juga tak terlihat di foto saat Kim menggelar kunjungan tahun baru ke Istana Kumsusan, di mana jasad kakek dan ayahnya disemayamkan.
Pemandangan ini berbeda dari yang terjadi pada Oktober lalu. Saat itu, Pak tampak menemani Kim dalam kunjungan ke istana tersebut dalam rangka ulang tahun partai.
Posisi Pak dianggap penting karena Komisi Militer Pusat yang dikepalai Kim merupakan badan pembuat kebijakan militer tertinggi, bahkan di atas Kementerian Pertahanan Korut.
Pemecatan Pak ini terjadi kala Korut tengah mengembangkan rudal balistik antarbenua dan persenjataan nuklir yang lebih besar untuk merespons ancaman Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Sebenarnya, Pak dapat merangkak ke puncak kepemimpinan partai karena berkontribusi besar dalam pengembangan teknologi rudal jarak pendek Korut.
Seorang peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Oh Gyeong Sup, menilai pemecatan ini kemungkinan terjadi karena ketegangan yang kian meningkat antara Korut dan Korea Selatan.
Belakangan, relasi kedua negara memang kembali tegang karena sejumlah insiden drone Korut menerobos wilayah Korsel.
Sejumlah pejabat Korsel mengatakan bahwa mereka sampai-sampai harus mengerahkan tiga drone melewati perbatasan untuk mengusir armada Korut itu.
Walau demikian, tak ada respons lebih lanjut dari Korut. Menurut Oh, Korut kemungkinan tidak merespons balik karena gagal mendeteksi drone Korsel tersebut.
"Pak mungkin bertanggung jawab atas kegagalan operasi keamanan itu," kata Oh. [rna]