WahanaNews.co | Konflik bersenjata yang melibatkan dua negara pecahan Uni Soviet,
Kirgistan dan Tajikistan, kembali pecah.
Baku tembak antar pasukan Kirgistan
dan Tajikistan meletus di distrik Leylek, wilayah barat daya Betken, Jumat (30/4/2021).
Baca Juga:
Indonesia-Tajikistan Bahas Potensi Kerja Sama Energi Terbarukan
Menurut laporan yang dikutip dari RadioFreeEurope RadioLiberty (RFERL),
korban tewas akibat perang Kirgistan-Tajikistan meningkat menjadi 13 orang
warga sipil.
Tak hanya itu, 134 orang warga sipil
lain mengalami luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Konflik yang terjadi sejak Rabu (28/4/2021), membuat
otoritas wilayah Betken mengungsikan 13.500 warga sipil dari sejumlah desa di
sepanjang perbatasan.
Baca Juga:
RI-Tajikistan Jajaki Peluang Kerja Sama Bidang Industri dan Infrastruktur
Perwakilan pemerintah kedua negara
lewat menteri luar negerinya, sebenarnya sudah menyatakan sepakat untuk
melakukan gencatan senjata, Kamis (29/4/2021), pukul 14.00 GMT, atau sekitar pukul
20.00 WIB.
Meski demikian, pihak Kirgistan
membantah keras tuduhan Tajikistan yang menyebut bahwa warga sipilnya
yang mulai memulai konflik.
Sebelumnya, Tajikistan menyatakan
warga sipil Kirgistanlah yang mulai melempari batu ke arah warga Tajikistan di
dekat Bendungan Golovnoya.
Hal ini dibantah tegas oleh pihak
kepolisian Kirgistan wilayah Betken.
Baik Kirgistan maupun Tajikistan
sebenarnya sudah terlibat konflik di wilayah perbatasan Batken sejak 1991,
pasca runtuhnya negara komunis Uni Soviet.
Perang Kirgistan-Tajikistan meletus
sebagai akibat dari sengketa infrastruktur air, dalam hal ini Bendungan
Golovnaya.
Lebih dari sepertiga wilayah
perbatasan Kirgistan-Tajikistan yang disengketakan, berada di sekitar Varoukh,
daerah administratif yang secara de-facto masuk ke dalam teritorial Tajikistan. [dhn]