WAHANANEWS.CO, Jakarta - Konflik yang terus membara antara India dan Pakistan kini berubah menjadi beban finansial yang amat berat.
Selain kerugian di medan militer, kedua negara harus menanggung dampak ekonomi yang meluas.
Baca Juga:
Digadang-gadang Jadi Pesawat Paling Efisien, Dreamliner Air India Justru Alami Tragedi Maut
Tiga sumber pengeluaran militer terbesar mencakup serangan udara, pengoperasian drone secara intensif, dan peningkatan kesiapan tempur di seluruh cabang angkatan bersenjata.
Angkatan Udara India (IAF) diperkirakan melancarkan hingga 100 serangan udara per hari menggunakan jet tempur Rafale, Mirage 2000, Su-30MKI, dan Tejas.
Biaya bahan bakar dan operasional per misi mencapai 80 ribu dolar AS.
Baca Juga:
Detik-detik Maut, Pesawat Air India Jatuh 5 Menit Setelah Lepas Landas
Jika digunakan amunisi berpemandu presisi seperti SCALP EG, Spice 2000, Hammer, dan bom berpemandu laser, dengan perkiraan 30 hingga 40 amunisi per hari, maka biaya total senjata dapat mencapai 1,1 juta dolar per unit.
Dalam satu bulan, biaya serangan udara ini bisa menembus 6 miliar dolar AS.
Selain itu, India mengerahkan sekitar 30 drone setiap hari, termasuk sistem Harop dan IAI, serta drone Heron dan Searcher, yang didukung oleh operasi intelijen, logistik, dan sistem peperangan elektronik.
Seluruh operasi ini menyedot anggaran sekitar 100 juta dolar AS per hari, atau 3 miliar dolar dalam empat minggu.
Peluncuran rutin rudal BrahMos sebanyak 10 unit per hari, disertai rudal balistik Pralay dan MLRS berpemandu presisi dalam jumlah 10 hingga 20 unit, menyebabkan biaya tambahan sekitar 150 juta dolar AS per hari.
Dalam empat pekan, jumlah ini setara dengan 4,5 miliar dolar.
Kategori "kesiapan tempur tinggi" juga memakan biaya besar. Mobilisasi pasukan dan konsumsi bahan bakar memakan 40 juta dolar per hari, ditambah 20 juta dolar untuk pengoperasian sistem pertahanan udara seperti S-400, Akash, dan BARAK-8.
Armada Angkatan Laut Komando Timur dan Barat menambah beban harian sebesar 50 juta dolar. Akumulasi semua pos ini mencapai 5,4 miliar dolar selama periode empat minggu.
Sementara itu, Angkatan Udara Pakistan (PAF) mengeluarkan lebih dari 25 juta dolar per hari untuk serangan dan patroli udara tempur. Dalam satu bulan, total pengeluaran mencapai sekitar 1 miliar dolar. Operasi drone seperti Bayraktar buatan Turki dan penggunaan rudal Ra’ad serta Hatf-VII menambah beban sekitar 450 juta dolar.
Penguatan kesiagaan dan sistem peringatan di perbatasan, meliputi pemindahan pasukan, konsumsi bahan bakar, aktivasi radar, peluncuran rudal SAM, dan dukungan intelijen, diperkirakan menelan biaya sekitar 15 juta dolar per hari, atau sekitar 450 juta dolar dalam sebulan.
Namun, beban terbesar sesungguhnya muncul di sektor ekonomi domestik. India menghadapi dampak makroekonomi yang mengkhawatirkan.
Empat sumber kerugian utama mencakup gangguan terhadap produk domestik bruto (PDB) senilai 150 miliar dolar, depresiasi mata uang dan gejolak pasar finansial sebesar 90 miliar dolar, gangguan rantai pasokan dan perdagangan internasional senilai 80 miliar dolar, serta penurunan arus investasi asing langsung (FDI) sebesar 100 miliar dolar.
Ekonom senior dari Jawaharlal Nehru University, Prof. Anirudh Varma, menegaskan bahwa konflik jangka panjang bisa melumpuhkan potensi pertumbuhan India dalam dekade mendatang.
“Investasi akan tertahan, nilai tukar melemah, dan sektor manufaktur terpukul akibat biaya logistik yang melonjak. Ini bukan hanya konflik militer, tetapi juga bom waktu ekonomi,” ujarnya.
Di sisi lain, Pakistan juga menanggung kerugian ekonomi tidak langsung yang signifikan. Penurunan PDB diperkirakan mencapai 25 miliar dolar, disertai ketidakstabilan keuangan dan depresiasi mata uang sebesar 15 miliar dolar.
Gangguan terhadap perdagangan dan pasokan bernilai 12 miliar dolar, sementara kerugian dari merosotnya FDI dan potensi tersendatnya program IMF mencapai 5 miliar dolar.
Ekonom independen Pakistan, Dr. Saadia Wahid, memperingatkan bahwa struktur ekonomi Pakistan jauh lebih rentan terhadap tekanan konflik berkepanjangan.
“Dengan cadangan devisa yang terbatas dan ketergantungan pada dukungan eksternal, konflik seperti ini bisa memicu krisis neraca pembayaran dan inflasi yang tak terkendali,” jelasnya.
Secara keseluruhan, jika dihitung dari seluruh lini militer dan dampak ekonomi tak langsung, total kerugian gabungan India dan Pakistan selama empat minggu konflik ini diperkirakan melampaui 500 miliar dolar AS, setara dengan Rp8.260 triliun.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]