WahanaNews.co, Jakarta - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menginformasikankondisi Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza, Palestina, yang mengalami kerusakan selama serangan yang terjadi antara Hamas dan Israel.
MER-C menyampaikan bahwa meskipun rumah sakit tersebut masih dapat beroperasi, namun jumlah korban terus meningkat, sehingga para dokter yang bekerja di sana menghadapi kesulitan yang signifikan.
Baca Juga:
Trump Minta Gaza ‘Dikosongkan’, PBB dan Dunia Arab Pasang Badan untuk Palestina
"Dalam gambaran umum, ketika kondisi normal, rumah sakit berfungsi dengan baik. Namun, dalam situasi terburuk seperti yang sedang berlangsung, ada tantangan yang sangat besar," kata Presidium MER-C, Henry Hidayatullah, dalam konferensi pers di Kantor MER-C, Kramat Lontar, Jakarta Pusat, pada hari Selasa (10/10/2023).
Permintaan akan perawatan medis saat ini, lanjutnya, sangat tinggi, dan sumber daya yang tersedia terbatas.
"Bahkan, kami dapat melihat melalui media sosial bahwa mayat-mayat telah melebihi kapasitas kamar jenazah di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, sehingga sebagian dari mereka ditempatkan di luar," sebutnya.
Baca Juga:
Presiden Trump Konfirmasi Bom Seberat 2.000 pon Dalam Perjalanan Menuju Israel
Menurutnya, jumlah korban di Gaza sangat tinggi, dan oleh karena itu, mereka membutuhkan lebih banyak tenaga medis di sana. Selain itu, RS Indonesia juga memerlukan peralatan medis tambahan untuk merawat korban serangan bom di Gaza.
"Korban lukanya sangat tinggi sehingga mau tidak mau pasti butuh tambahan resources, baik dari SDM maupun alat kesehatan dan obat-obatan. Terkait data obat-obatan kami sudah terima, tapi secara gambaran umumnya adalah data-data kebutuhan emergency case seperti perban, infus, dan benang jahit ya itu gambaran umumnya karena kasus-kasus trauma," ungkapnya, mengutip Detik.
Henry mengatakan Rumah Sakit Indonesia sempat terdampak serangan udara yang dikirimkan Israel. Ia mengatakan bagian selang pipa distributor oksigen terkena serangan bom.
"Kondisi rumah sakit terkena di selang pipa distributor daripada oksigen konsentrat. Jadi ada pusat oksigen konsentrat, ada pipa distribusinya itu terkena serangan bom. Namun demikian, dalam proses perbaikan ya, dan sampai sejauh ini operasional rumah sakit relatif masih bisa berproses dengan cukup baik," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim dan juga Presidium MER-C Faried Thalib mengatakan basement RS juga digunakan untuk penyimpanan alat kesehatan. Ia mengingatkan bagaimana rumah sakit dan tempat pendidikan yang tak boleh tersentuh konflik perang.
"Rumah sakit ini memang didesain sejak awal untuk bisa tetap beroperasi walaupun tidak ada suplai. Makanya fungsi basement itu untuk menyimpan deposit supporting rumah sakit," kata dia.
"Lalu dilengkapi dengan dua genset besar, tapi memang kalau gensetnya dibom ya selesai. Tapi itu kan ada aturan dunia ya rumah sakit dan tempat pendidikan tidak boleh disentuh walau dalam keadaan perang. Memang itu desain rumah sakit ini bisa bekerja 3-4 bulan ke depan," sambungnya.
Dia berharap bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza tetap dapat menjalankan operasinya. Namun, dia mencatat bahwa mereka masih membutuhkan bantuan, mengingat bahwa dalam keadaan normal pun rumah sakit tersebut sudah sering kesulitan dalam menangani penduduk Gaza.
"Dalam situasi normal, rumah sakit kita sudah menghadapi kesulitan dalam merawat penduduk Gaza. Kondisi Gaza telah terkurung dan terblokade selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, kami berharap agar rakyat Indonesia yang telah mempercayakan kami, baik melalui MER-C maupun lembaga lainnya, dapat memberikan bantuan dengan maksimal," ungkapnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]