WahanaNews.co, Jakarta - Korea Utara menyerang Korea Selatan dengan mengirim lebih dari 200 balon berisi tinja hingga sampah ke perbatasan.
Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan ratusan balon yang membawa sampah itu melintasi perbatasan kedua negara dan mendarat di berbagai wilayah Korsel sejak Selasa (28/5) malam.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Menurut Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS), balon-balon itu bahkan mencapai provinsi tenggara Gyeongsang Selatan.
Seorang pejabat JCS mengatakan balon-balon tersebut berisi berbagai macam sampah mulai dari botol plastik, baterai, bagian-bagian sepatu, hingga kotoran hewan.
"Tindakan Korea Utara ini jelas melanggar hukum internasional dan secara serius mengancam keselamatan rakyat kami," demikian keterangan JCS dikutip dari Korea Times.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
"[Kami] dengan tegas memperingatkan Korea Utara untuk segera menghentikan tindakannya yang tidak manusiawi dan vulgar ini," lanjut JCS.
Militer Korsel saat ini tengah mengumpulkan benda-benda dalam balon tersebut untuk dianalisis.
Ini merupakan serangan balon terbesar yang pernah dilakukan Korea Utara ke Korsel jika dibandingkan dengan tahun 2016 dan 2018. Menurut JCS, jumlah serangan balon semacam ini bakal terus meningkat seiring waktu.
Korut sebetulnya sudah memberitahukan rencana pengiriman balon-balon ini sejak Minggu (26/5).
Pyongyang menyatakan bakal menyebarkan "gundukan kertas bekas dan kotoran" di daerah perbatasan sebagai balasan terhadap selebaran anti-Korut yang dikirim sejumlah aktivis Seoul ke Korut beberapa waktu lalu.
Selama bertahun-tahun, pembelot dari Korea Utara yang kini tinggal di Korea Selatan serta para aktivis telah menerbangkan selebaran ke Korea Utara melalui balon untuk mendorong warga Korut bangkit melawan rezim Pyongyang.
Korut sejak awal tak terima dengan kampanye tersebut. Pyongyang khawatir informasi dari luar seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi pemimpin tertinggi Kim Jong Un.
Korea Utara pun berulang kali menyerukan penyetopan kampanye selebaran itu.
Masalah ini memang sejak lama menjadi sumber ketegangan kedua negara. Korut dan Korsel secara teknis masih berperang lantaran Perang Korea pada 1950-1953 silam berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
[Redaktur: Alpredo Gultom]