"Sampai dua hari yang lalu, rumah sakit tersebut adalah satu-satunya rumah sakit saat orang yang terluka dapat dioperasi di Gaza utara dan rumah sakit tersebut kewalahan menangani pasien yang membutuhkan perawatan darurat," jelas Peeperkorn.
"Tidak ada lagi ruang operasi karena kekurangan bahan bakar, listrik, pasokan medis dan petugas kesehatan, termasuk ahli bedah dan spesialis lainnya," tegasnya.
Baca Juga:
Jumat Kemarin, Tiga Truk Bantuan Kemanusiaan Pertama Sudah Sampai Gaza Utara
"Bahkan, jenazah korban serangan Israel baru-baru ini dibariskan di halaman rumah sakit karena mereka tidak dapat dikuburkan dengan aman dan bermartabat,".
Selain Rumah Sakit Ahli Arab, Gaza utara hanya memiliki tiga fasilitas kesehatan yang berfungsi minim, yakni al-Shifa, al-Awda dan Kompleks Medis Assahaba, yang menampung ribuan pengungsi.
Beberapa pasien di Ahli telah menunggu berminggu-minggu untuk dioperasi. Jika sudah dioperasi, mereka menghadapi risiko infeksi pasca operasi karena kurangnya antibiotik dan obat lain.
Baca Juga:
Misi Kemanusiaan BPODT: Beri Bantuan kepada Korban Banjir Bandang di Kenegerian Sihotang
"Semua pasien ini tidak bisa bergerak dan harus segera dipindahkan agar bisa bertahan hidup," katanya, sambil mengulangi seruan WHO untuk gencatan senjata kemanusiaan.
"Hal ini diperlukan sekarang untuk memperkuat dan mengisi kembali fasilitas kesehatan yang tersisa, memberikan layanan medis yang dibutuhkan oleh ribuan orang yang terluka dan mereka yang membutuhkan perawatan penting lainnya, dan yang terpenting, untuk menghentikan pertumpahan darah dan kematian," pungkas Peeperkorn.
[Redaktur: Sandy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.