WahanaNews.co | India berencana untuk membuka kembali lebih dari 100 tambang batubara yang sebelumnya dianggap tidak berkelanjutan secara finansial.
Krisis listrik memaksa penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia ini menggandakan bahan bakar yang dianggap tidak ramah lingkungan.
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
Permintaan listrik negara dengan penduduk terbesar kedua dunia ini menyentuh rekor tertinggi pada April. Hampir tiga perempat dari 1,35 miliar penduduk India mengalami bulan-bulan pra-musim panas terpanas dalam beberapa dasawarsa.
Lonjakan penggunaan AC memicu krisis listrik terburuk dalam lebih dari enam tahun pada bulan April. Meskipun telah mereda dalam beberapa hari terakhir, suhu udara diperkirakan akan segera meroket lagi.
"Sebelumnya kami dianggap sebagai anak nakal karena kami mempromosikan bahan bakar fosil dan sekarang kami mendapat kabar bahwa kami tidak cukup memasoknya," kata Sekretaris Batubara Anil Kumar Jain seperti dikutip Reuters.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
"Mengingat latar belakang itu, ini adalah langkah yang sangat berani oleh kementerian dan Coal India untuk menawarkan pasokan batubara yang sangat besar dengan sangat cepat," imbuh dia.
Produsen, importir, dan konsumen batubara terbesar kedua di dunia setelah China ini sekarang mengharapkan produksi tambahan 75 juta ton-100 juta ton bahan bakar dalam dua hingga tiga tahun ke depan dari tambang yang dibuka kembali.
India memproduksi 777,2 juta ton bahan bakar pada tahun yang berakhir 31 Maret dan membakar lebih dari satu miliar ton batubara.
Menteri tenaga listrik India bulan lalu meminta negara bagian untuk terus mengimpor batubara selama tiga tahun ke depan dengan alasan kekurangan batubara domestik dan permintaan yang lebih tinggi.
Kementeriannya juga telah mengeluarkan undang-undang darurat dalam upaya untuk memulai kembali pembangkitan di beberapa pembangkit listrik yang menganggur yang dimaksudkan untuk menggunakan batubara impor dan tidak beroperasi karena alasan keuangan.
Harga batubara global telah mendingin dari rekor tertinggi minggu ini. Tapi, harga komoditas energi ini tetap tinggi dibandingkan dengan level 2021 karena kekhawatiran krisis pasokan menyusul keputusan Uni Eropa untuk melarang impor batubara dari Rusia setelah invasi ke Ukraina.
Coal India yang dikelola negara, penambang batubara terbesar di dunia, menyumbang 80% dari produksi India dan ingin meningkatkan produksi tahunannya sebesar 60% menjadi 1 miliar ton pada tahun 2024.
India juga memiliki rencana besar untuk menghasilkan lebih banyak listrik dari sumber terbarukan seperti matahari dan angin. Tetapi para ahli mengatakan negara berkembang belum siap untuk mengurangi penggunaan batubara. [Jat]