WahanaNews.co | Presiden China, Xi Jinping, dikabarkan tak dapat akses untuk berpidato lewat video dalam Konferensi Tingkat Tinggi PBB soal perubahan iklim COP26.
Jinping hanya bisa memberikan pernyataan resminya lewat tulisan.
Baca Juga:
Maksud Hati Cegah Kiamat Batubara, Apa Daya China-India Malah Kena Murka
"Yang saya tahu, penyelenggara konferensi tidak memberikan akses video," ujar Menteri Luar Negeri China, Wang Wenbin.
Jinping memang dikabarkan tak akan menghadiri COP26 secara langsung.
Informasi ini disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Baca Juga:
Heboh! India dan China Tolak Hapus Batubara di KTT COP26
"Sekarang cukup jelas bahwa Jinping tidak akan datang (ke COP26) dan Perdana Menteri (Boris Johnson) telah diberitahu sebelumnya," ujar salah satu sumber The Times, dikutip dari Reuters.
"Apa yang tak kami ketahui kini adalah sikap apa yang akan diambil China," lanjutnya.
Keputusan Jinping itu cukup disayangkan, mengingat China merupakan negara dengan emisi karbon terbesar di dunia.
Sementara itu, pengamat iklim menilai, tindakan China tersebut melambangkan bahwa negara itu tak lagi memiliki komitmen baru yang ingin diusulkan untuk menangani masalah iklim global.
Walaupun demikian, China berencana mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) fosil hingga di bawah 20 persen pada 2060 mendatang.
Rencana ini tertuang dalam dokumen kabinet yang diterbitkan oleh media pemerintah setempat.
Namun, dokumen tersebut tidak merinci langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah China untuk dekarbonisasi atau upaya mengurangi emisi karbon.
Pelaksanaan COP26 sendiri menuai ekspektasi, sekaligus ketakutan.
Walaupun dalam pertemuan ini berbagai negara akan memperkuat komitmen mereka dalam menangani masalah iklim, masih ada kemungkinan pertemuan ini akan gagal.
Sebelumnya, Johnson menyatakan bahwa COP26 berpotensi gagal.
Ia menilai kemungkinan ini muncul akibat negara-negara masih belum memberikan target yang cukup untuk mengendalikan kenaikan suhu Bumi agar tetap di bawah 1,5 derajat celsius.
"Negara-negara yang paling bertanggung jawab atas emisi masa lalu dan sekarang masih belum melakukan tindakan yang sesuai," ujar Johnson, dikutip dari The Guardian.
"Jika kita ingin mencegah COP26 gagal, maka itu (target pengurangan emisi) harus berubah, dan saya tekankan, jika pertemuan di Glasgow gagal maka semuanya akan gagal. Paris Agreement akan hancur di menit pertama," tambahnya. [qnt]