"Gelombang suara terlihat menyebar ke seluruh Pasifik dengan kecepatan 1.200 kilometer per jam," lanjut kedua ilmuwan tersebut.
Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai adalah sisa-sisa bangunan vulkanik yang lebih tua. Pada tahun 2004, kapal penelitian Fasilitas Nasional Kelautan Australia memetakan bagian gunung berapi yang terendam di mana pulau-pulau tersebut merupakan pecahan di atas air.
Beberapa bagian Tonga mengalami pemadaman listrik, berdampak pada saluran telepon dan layanan Internet.
Baca Juga:
Enam Gunung Api Berstatus Siaga dan Awas, Badan Geologi Peringatkan Bahaya Erupsi
Menurut kedua ilmuwan, ukuran akurat dari total energi letusan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai akan muncul ketika data dari banyak sumber dikumpulkan, tetapi sudah jelas bahwa ini adalah letusan yang signifikan.
"Mungkin tidak sebesar letusan Krakatau tahun 1883 yang terkenal di Indonesia, yang gelombang suaranya secara terukur mengelilingi dunia tujuh kali dengan instrumen hari itu, tetapi mungkin lebih besar daripada gunung berapi mana pun sejak Gunung Pinatubo di Filipina pada tahun 1991," papar kedua ilmuwan.
Letusan Krakatau sangat merusak sebagian besar karena tsunami yang ditimbulkannya dengan 36.000 orang tewas di pulau Sumatra dan Jawa yang berdekatan dengan Selat Sunda, tempat gunung berapi itu berada.
Baca Juga:
Lewotobi Laki-Laki di NTT Meletus Lagi, BPBD Minta Warga Hindari Radius 3 Kilometer
"Energi letusan Krakatau 1883 diperkirakan setara dengan bom nuklir 200 megaton–atau empat kali lebih besar dari bom hidrogen terbesar yang pernah diledakkan di Bumi," lanjut kedua ilmuwan Australia.
"Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai mungkin tidak menandingi Krakatau, tetapi energi ledakannya kemungkinan akan menjadi urutan bom nuklir terbesar yang pernah dibuat–setara dengan 1.000 bom Hiroshima."
Menurut mereka, akan sangat menarik untuk melihat kapan pengukuran satelit dari gumpalan abu Hunga Tonga-Hunga Ha'apai tersedia.