WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah Negara Bagian Kerala, India Selatan, mengeluarkan peringatan kesehatan darurat setelah mencatat lonjakan signifikan kasus infeksi ameba langka pemakan otak, Naegleria fowleri.
Data terbaru menunjukkan jumlah kasus pada tahun ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya.
Baca Juga:
Kepala WHO Desak Israel Hentikan Kelaparan di Gaza: “Kejahatan Perang yang Tak Bisa Ditoleransi”
Dilansir Al Jazeera, Sabtu (20/9/2025), sejak Januari hingga September 2025, otoritas kesehatan Kerala mencatat 69 kasus infeksi dengan 19 korban meninggal dunia.
Tiga di antaranya dilaporkan meninggal hanya dalam kurun waktu satu bulan terakhir, termasuk seorang bayi berusia tiga bulan.
Naegleria fowleri merupakan organisme mikroskopis yang biasa hidup di air hangat seperti danau, sungai, maupun kolam buatan.
Baca Juga:
WHO Soroti Ledakan Kasus Kolera di 31 Negara, Dorong Akses Air Bersih dan Vaksinasi
Infeksi terjadi ketika air terkontaminasi masuk melalui rongga hidung, lalu menyerang otak. Meski begitu, penyakit ini tidak dapat menular dari manusia ke manusia.
“Berbeda dengan tahun lalu, kami tidak melihat adanya klaster yang terhubung dengan satu sumber air. Kasus-kasus ini merupakan kasus tunggal dan terisolasi, yang membuat investigasi epidemiologi menjadi lebih rumit," ujar Menteri Kesehatan Negara Bagian Kerala, Veena George.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah setempat memperketat upaya pencegahan dengan melakukan sterilisasi massal.
Upaya tersebut meliputi klorinasi sumur, tangki penyimpanan air, kolam pemandian umum, hingga lokasi mandi masyarakat yang dinilai berisiko menjadi titik paparan ameba.
Seorang dokter dari gugus tugas khusus pemerintah menambahkan, pihaknya kini menggelar tes skala besar di berbagai distrik.
Ia menjelaskan bahwa kasus-kasus terbaru tidak lagi terkonsentrasi di wilayah tertentu, melainkan sudah menyebar ke berbagai penjuru Kerala.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menegaskan bahwa infeksi Naegleria fowleri tergolong sangat jarang, namun hampir selalu berakibat fatal.
Ameba ini dijuluki “pemakan otak” karena menyerang sistem saraf pusat dan menghancurkan jaringan otak dengan tingkat kematian mencapai lebih dari 95 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa gejala awal infeksi meliputi sakit kepala, demam, dan muntah.
Dalam hitungan hari, kondisi penderita bisa memburuk cepat hingga mengalami kejang, perubahan kesadaran, halusinasi, bahkan berujung koma.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]