WAHANANEWS.CO, Jakarta - Malaysia bersama sejumlah negara mitra di kawasan Asia Tenggara akan membentuk delegasi gabungan untuk melakukan misi ke Myanmar.
Langkah ini dimaksudkan untuk mendorong terciptanya perdamaian di negara tersebut, sekaligus menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya yang saat ini berada di Bangladesh.
Baca Juga:
Palet Bantuan Tewaskan Tenaga Medis di Gaza, Dunia Kecam Pengiriman Udara
Mengutip laporan Reuters, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan rencana tersebut pada Selasa (12/8/2025).
Ia menegaskan bahwa penyelesaian konflik di Myanmar merupakan salah satu prioritas utama pemerintahannya, mengingat dampaknya yang luas terhadap stabilitas regional.
Selain itu, kebutuhan bantuan darurat bagi pengungsi dan korban gempa bumi juga menjadi sorotan penting.
Baca Juga:
Hadapi Kecaman Global, Israel Kirim Bantuan Via Udara dan Buka Koridor Gaza
“Memastikan perdamaian di Myanmar tentu menjadi prioritas besar, disertai dengan pemberian bantuan kemanusiaan segera bagi para korban. Khususnya para pengungsi dan juga korban gempa bumi,” kata Anwar dalam konferensi pers.
Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya di kamp-kamp pengungsian di Cox’s Bazar, yang menjadi kawasan pemukiman pengungsi terbesar di dunia.
Kondisi padat dan terbatasnya fasilitas di sana membuat berbagai pihak menyerukan dukungan internasional yang lebih besar.
Pernyataan Anwar disampaikan bertepatan dengan kunjungan resmi kepala pemerintahan sementara Bangladesh, Muhammad Yunus, yang juga peraih Nobel Perdamaian.
Kunjungan selama tiga hari ini menjadi momentum untuk membahas kerja sama bilateral, termasuk upaya penanganan pengungsi dan memperkuat peran kawasan dalam mencari solusi damai untuk Myanmar.
Misi gabungan ke Myanmar dijadwalkan berlangsung dalam beberapa minggu mendatang.
Koordinasi misi tersebut akan dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri Malaysia, bekerja sama dengan perwakilan dari Indonesia, Filipina, dan Thailand.
“Kami prihatin dengan beban yang harus ditanggung Bangladesh karena harus menampung jumlah pengungsi Rohingya yang sangat besar,” ucap Anwar.
Langkah diplomatik ini diharapkan dapat membuka jalur dialog konstruktif antara semua pihak terkait di Myanmar, sekaligus memastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan tepat sasaran.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]