WahanaNews.co | Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, pada Minggu (27/2/2022), mengatakan, perintah Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi adalah upaya menekan delegasi pembicaraan di Belarus.
Delegasi Ukraina dan Rusia sepakat bertemu di perbatasan Belarus dekat zona eksklusi Chernobyl untuk membahas konflik Rusia Ukraina.
Baca Juga:
Desak Barat, Menlu Ukraina: Bantu Kami Hadapi Rusia Jika Tak Mau Perang Dunia III
Tak lama kemudian, Putin memerintahkan kepala pertahanannya untuk menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi.
"Kami melihat pengumuman perintah ini sebagai upaya meningkatkan posisi dan memberikan tekanan tambahan pada delegasi Ukraina," ujar Kuleba dalam konferensi pers virtual.
"Tapi kami tidak akan menyerah pada tekanan ini. Kami, seperti yang saya katakan sebelumnya, akan menyikapi pembicaraan ini dengan pendekatan yang sangat sederhana," lanjutnya.
Baca Juga:
Menlu Ukraina Minta Rusia Hentikan Tembaki PLTN karena Risikonya Sangat Berbahaya
"Kami ke sana untuk mendengarkan apa yang Rusia katakan, dan kami akan memberitahu mereka apa yang kami pikirkan tentang semua ini," cetusnya.
"Dan yang kami siap diskusikan adalah bagaimana menghentikan perang serta menduduki wilayah kami. Titik," tegasnya.
Kuleba lalu memperingatkan Putin, jika memang senjata nuklir itu akan diarahkan ke Ukraina, itu justru akan menjadi malapetaka bagi dunia.
"Tetapi itu tidak akan menghancurkan kami," pungkasnya.
Rusia diketahui memiliki gudang senjata nuklir terbesar kedua di dunia dan sejumlah besar rudal balistik yang menjadi andalan pasukan negara itu.
Perang Rusia vs Ukraina sejauh ini telah merenggut 240 nyawa warga sipil menurut PBB, sejak Putin memerintahkan invasi pada Kamis (24/2/2022).
Sebanyak 64 korban di antaranya adalah di Ukraina. [gun]