WAHANANEWS.CO, Jakarta - Situasi di Jalur Gaza semakin memburuk, mengarah pada krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Korban jiwa terus bertambah, sementara akses terhadap kebutuhan dasar semakin terbatas.
Dalam kondisi yang semakin genting ini, MER-C Indonesia mengungkapkan keprihatinan mendalam atas eskalasi kekerasan yang terus berlangsung.
Baca Juga:
Kepala Dinas Sosial Palangka Raya: 125 Anak Ikut Sunatan Massal HUT Kota
Organisasi kemanusiaan tersebut mendesak dunia untuk segera mengambil langkah nyata guna menghentikan tindakan Israel yang semakin brutal.
"Keadaan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kita harus terus menyuarakan tragedi ini, karena diam berarti turut membiarkan kejahatan terjadi," ujar Ketua Presidium MER-C, Hadiki Habib, dalam pernyataan tertulis yang dikutip Jumat (11/4/2025).
Hadiki menyoroti bahwa Israel secara berulang kali melakukan serangan terhadap tenaga medis yang tengah menjalankan tugas kemanusiaan di Gaza. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan termasuk dalam kategori kejahatan kemanusiaan.
Baca Juga:
Tolak 'Independensi' Dokter, Pengadilan Malaysia: Kelalaian Medis Tanggung Jawab RS
"Di tengah adanya upaya gencatan senjata, Israel justru semakin gencar melakukan serangan yang sistematis dan terencana, termasuk menargetkan tenaga medis, pekerja kemanusiaan, serta staf PBB yang seharusnya dilindungi dalam situasi konflik," tambahnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa blokade terhadap akses bantuan kemanusiaan yang dilakukan Israel memperburuk kondisi, yang berpotensi menyebabkan bencana kelaparan paling tragis dalam sejarah Gaza.
"Rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan justru menjadi sasaran serangan. Ini adalah pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional," tegasnya.
Sejak 18 Maret 2025, MER-C telah mengirimkan delapan tim medis ke Jalur Gaza untuk memberikan bantuan kesehatan.
Saat ini, enam relawan masih bertahan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, menghadapi tantangan besar di tengah situasi yang semakin tidak terkendali.
Menurut Hadiki, para relawan menyaksikan secara langsung kehancuran yang terjadi setiap hari akibat serangan yang tak kunjung berhenti.
"Ini bukan sekadar konflik bersenjata. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang harus segera dihentikan. Dunia internasional harus bersuara lantang dan mengambil tindakan nyata sebelum semuanya terlambat," tegasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]