WAHANANEWS.CO, Jakarta - Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kembali memburuk, memperlihatkan dampak nyata dari kebijakan blokade Israel yang semakin mencekik kehidupan warga sipil.
Bantuan yang seharusnya menjadi penyelamat, justru terhambat dan berujung pada kekacauan akibat kondisi keamanan yang tak terkendali.
Baca Juga:
Anak-anak Gaza Mati Kelaparan, Trump Sebut Israel Harus Buka Mata
Dunia internasional ditantang untuk tidak lagi menutup mata terhadap penderitaan yang disengaja ini.
Pemerintah Palestina di Jalur Gaza pada Sabtu (3/8/2025) mengungkapkan bahwa sebagian besar dari 36 truk bantuan kemanusiaan yang diperbolehkan masuk oleh Israel pada Jumat justru dijarah di tengah situasi keamanan yang sengaja dibuat kacau oleh militer Zionis.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa insiden penjarahan itu bukan peristiwa acak, melainkan bagian dari “kebijakan kekacauan dan kelaparan” yang dijalankan Israel secara sistematis untuk menghancurkan ketahanan warga Gaza.
Baca Juga:
Seribu Rabi Yahudi Desak Israel Hentikan Blokade Gaza demi Kemanusiaan
“Truk-truk bantuan menjadi sasaran penjarahan sebagai bagian dari rencana penghancuran sistematis,” ujar pernyataan resmi dari kantor tersebut.
Kondisi ini makin memperburuk krisis pangan yang terjadi di Gaza, yang sejak lama berada dalam cengkeraman blokade Israel.
Sejak 2 Maret 2025, seluruh perbatasan Gaza ditutup rapat, sepenuhnya menghentikan aliran bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh 2,4 juta penduduk wilayah itu.
Menurut pejabat Palestina, paling tidak 600 truk bantuan diperlukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, namun realitas di lapangan jauh dari harapan.
Pekan lalu, Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa sepertiga penduduk Gaza tidak mendapatkan makanan selama beberapa hari berturut-turut karena blokade total dari Israel.
WFP menyebut bahwa satu dari empat warga Palestina kini hidup dalam kondisi serupa kelaparan dan sekitar 100 ribu perempuan serta anak-anak mengalami malnutrisi akut yang mengancam nyawa mereka.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan operasi militer besar-besaran ke Gaza yang oleh banyak pihak disebut sebagai genosida, dan telah merenggut nyawa lebih dari 60.300 warga Palestina.
Serangan terus menerus dari udara, laut, dan darat menghancurkan hampir seluruh infrastruktur sipil, memperparah krisis kemanusiaan yang sebelumnya sudah parah.
Dalam situasi kelaparan akut ini, warga Gaza bahkan harus mempertaruhkan nyawa mereka saat mencoba mengakses bantuan makanan karena sering kali menjadi sasaran tembakan saat mengantri.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]