WahanaNews.co | Rusia pada hari Kamis menepis peringatan bahwa Amerika Serikat bisa saja membatasi pasokan elektronik jika Moskow keukeuh menyerang Ukraina, dengan mengatakan tindakan seperti itu sebagian besar akan merugikan produsen.
Washington mengancam sanksi luas untuk mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin dari menginvasi Ukraina setelah Moskow mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan tetangganya. Rusia membantah merencanakan serangan militer baru.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Gedung Putih mengatakan kepada industri chip AS untuk bersiap menghadapi pembatasan baru pada ekspor ke Rusia, termasuk berpotensi memblokir akses negara itu ke pasokan elektronik global, menurut sumber yang dikutip Reuters minggu ini.
"Kemungkinan pembatasan pada pasokan produk yang diproduksi di luar negeri menggunakan teknologi Amerika akan memukul produsen itu sendiri," kata Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Denis Manturov, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/1/2022).
"Tidak ada yang baru secara fundamental dalam niat yang disebutkan. Jelas, ini merupakan kelanjutan dari kebijakan AS untuk menekan pesaing, bahkan pesaing potensial, keluar dari pasar," tambahnya.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Jika Amerika Serikat memperluas ruang lingkup yang disebut Aturan Produk Asing Langsung ke Rusia, yang mencerminkan langkah sebelumnya terhadap raksasa telekomunikasi Cina Huawei, Washington dapat menghentikan pengiriman chip, komputer, elektronik konsumen, peralatan telekomunikasi, dan barang-barang lainnya yang dibuat di mana saja di dunia jika mereka diproduksi menggunakan teknologi AS.
Langkah-langkah serupa diterapkan selama Perang Dingin, ketika Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mempertahankan sanksi teknologi yang keras terhadap Uni Soviet, menghambat pertumbuhannya.
Perdana Menteri Mikhail Mishustin pada hari Kamis mengatakan penting untuk memastikan kemandirian teknologi dari produk impor di industri penerbangan karena menurunkan risiko terhadap pengembangan sektor tersebut.
Konglomerat negara Rusia Rostec, yang memproduksi pesawat terbang dan mobil, industri yang rentan terhadap kekurangan chip, mengatakan komponen impor tidak digunakan dalam memproduksi perangkat keras militer dan bahwa Rusia telah meningkatkan produksi suku cadang dalam negeri sebagai respons terhadap putaran sanksi sebelumnya.
"Kemungkinan pengenaan sanksi tambahan pertama dan terutama akan merugikan kepentingan perusahaan Amerika yang bekerja untuk ekspor," kata Rostec.
Seperti negara produsen mobil lainnya, Rusia menderita kekurangan mikrochip semikonduktor, dengan pembuat mobil bersaing dengan industri elektronik konsumen yang luas untuk pasokan chip, mendorong naiknya harga mobil pembeli Rusia. [qnt]