WahanaNews.co |
Naftali Bennett (49), jadi perdana menteri (PM) baru Israel secara resmi, pada Minggu
setelah PM sebelumnya, Benjamin Netanyahu, dilengserkan melalui voting
Parlemen.
Saat bersiap menggulingkan Netanyahu, Bennett menjelaskan
kepada anak-anaknya bahwa dia menjadi orang yang paling dibenci di negara itu.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
"Saya memberi tahu anak-anak saya bahwa ayah mereka akan
menjadi orang yang paling dibenci di negara ini. Tetapi saya menjelaskan bahwa
saya melakukannya demi negara mereka," katanya dalam wawancara dengan
Times of Israel.
Bennett, ketua Yamina - partai ultranasionalis
Yahudi - membentuk koalisi pembagian kekuasaan dengan pemimpin Partai Yesh Atid,
Yair Lapid.
Sesuai kesepakatan koalisi, Bennett menjadi PM Israel hingga
2023 dan kemudian digantikan oleh Lapid. Koalisi yang diperkuat oleh Partai
United Arab List yang pro-Palestina ini telah menamatkan rezim pemerintah PM
Benjamin Netanyahu dari Partai Likud yang telah berkuasa 12 tahun.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Bennett yang dulunya adalah sekutu Netanyahu telah melanggar
janjinya untuk tidak bergabung dengan pemerintahan Lapid. Dia juga mencabut
pernyataannya yang mengatakan pemimpin Partai United Arab List sebagai
pendukung teror. Bennett mengeklaim semua apa yang dia langgar itu "demi
menyelamatkan negara".
"Janji inti dalam pemilihan ini adalah mengeluarkan Israel
dari kekacauan," katanya. "Saya adalah satu-satunya partai yang bukan
"Hanya Bibi" atau "Siapa pun selain Bibi," dan saya membayar harga elektoral
untuk itu," paparnya. Bibi adalah nama panggilan Benjamin Netanyahu.
Partai Yamina yang dipimpin Bennett sejatinya hanya
memenangkan 7 kursi Parlemen. Namun dengan koalisi baru ini, dia dan rekan
koalisinya menguasai Parlemen.