WahanaNews.co | Rusia gagal (default) membayar utang luar negerinya untuk pertama kali. Ini terjadi pascanegara tersebut melewatkan tenggat waktu pada Minggu untuk pembayaran bunga US$ 100 juta.
Beberapa media melaporkan bahwa pemegang obligasi Rusia belum menerima pembayaran. Mengutip sumber Reuters misalnya, hingga Senin (27/6/2022), beberapa pemegang eurobond Rusia di Taiwan belum juga menerima pembayaran bunga yang jatuh tempo.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Hal itu menunjukkan bahwa Rusia mungkin memasuki default utang luar negeri pertama sejak 1918. Meskipun memiliki cukup uang dan kemauan untuk membayar, sanksi Barat membuat hal tersebut tampak tak mungkin.
Dengan ini bisa dikatakan Rusia menjadi negara-negara yang melakukan wanprestasi. Menurut BBC ini akan membuat Rusia tidak mungkin untuk meminjam uang lagi, meski sebenarnya sanksi Barat juga telah "mengebiri" kemampuan itu.
Sementara itu, Rusia sendiri sebelumnya mengatakan telah mengirimkan uang ke Euroclear, sebuah institusi sebagai penyedia jasa keuangan yang memfokuskan pada aktivitas clearing dan settlement pasar uang dan pasar modal. Bank yang kemudian akan mendistribusikannya ke investor.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Namun sayang, menurut Bloomberg News, uang telah berhenti di sana dan kreditur tak menerimanya. Euroclear sendiri tidak mengatakan apakah pembayaran telah diblokir, tetapi mengatakan bahwa pihaknya mematuhi semua sanksi.
Mantan kepala strategi di bank terbesar Rusia Sberbank-CIB dan kepala eksekutif di konsultan Macro Advisory yang berbasis di Moskow, Chris Weafer, mengatakan ini akan memicu masalah pada sebagian besar utang Rusia.
"Beberapa bagian dari utang itu sekarang akan jatuh tempo secara otomatis karena akan ada klausul pelunasan lebih awal di semua instrumen utang. Jadi jika Anda gagal bayar pada salah satunya biasanya memicu permintaan segera untuk pembayaran utang lainnya. Jadi Rusia pasti bisa menghadapi pelunasan utang segera sebesar sekitar $20 miliar pada tahap ini," katanya.