WahanaNews.co | Hal mengerikan telah terjadi, sedikitnya 89 orang tewas dalam kekerasan geng di Port-au-Prince, ibu kota Haiti dalam seminggu ini.
Kekerasan ini terjadi di tengah melonjaknya harga-harga, kekurangan bahan bakar dan perang antar geng yang memperburuk situasi keamanan di Port-au-Prince.
Baca Juga:
Salah Satu dari 17 Kontainer Bantuan UNICEF Dijarah di Haiti
Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (14/7/2022), sebuah kelompok hak asasi mengatakan hampir 90 orang tewas dalam sepekan ini.
Kerusuhan meletus pada 7 Juli lalu antara dua faksi yang bersaing di Cite Soleil, sebuah lingkungan miskin dan padat penduduk di Port-au-Prince.
Ketika tembakan demi tembakan meletus di daerah kumuh tersebut selama hampir satu minggu, polisi Haiti yang kekurangan staf dan memiliki peralatan yang tidak memadai, tidak melakukan intervensi untuk menghentikan baku tembak itu.
Baca Juga:
Geng Bersenjata Serang Bandara Haiti: Pelarian Massal Narapidana Terjadi
Sementara organisasi-organisasi kemanusiaan internasional terus berjuang untuk mengirimkan pasokan makanan penting dan memberikan perawatan medis kepada para korban.
Ribuan keluarga yang tinggal di daerah kumuh yang bermunculan di sini selama empat dekade terakhir tidak punya pilihan selain bersembunyi di dalam rumah mereka, tidak dapat mengambil makanan atau air dan, dengan banyak rumah yang terbuat dari lembaran logam, puluhan warga menjadi korban untuk peluru nyasar.
"Setidaknya 89 orang tewas dan 16 lainnya hilang dalam kekerasan pekan lalu," kata kelompok Jaringan Pertahanan Hak Asasi Manusia Nasional dalam sebuah pernyataan. Disebutkan bahwa 74 orang lainnya menderita luka tembak atau pisau.
Mumuza Muhindo, kepala misi lokal Doctors Without Borders mendesak semua kombatan untuk mengizinkan petugas medis mengakses Brooklyn dengan aman, sebuah area di Cite Soleil yang paling terkena dampak kekerasan.
Meski berbahaya, kata Muhindo, pihaknya telah melakukan prosedur operasi terhadap rata-rata 15 pasien sehari, sejak Jumat (8/7) lalu.
Dia mengatakan rekan-rekannya telah melihat mayat-mayat yang terbakar dan membusuk di sepanjang jalan menuju kawasan Brooklyn.
Mereka kemungkinan anggota geng yang tewas dalam bentrokan atau warga yang yang mencoba melarikan diri.
"Ini medan perang yang sebenarnya," kata Muhindo.
"Tidak mungkin memperkirakan berapa banyak orang yang terbunuh," cetusnya.
Dipicu oleh kelambanan polisi, geng-geng menjadi semakin berani dalam beberapa pekan terakhir.
Setidaknya 155 penculikan terjadi di bulan Juni, dibandingkan dengan 118 di bulan Mei, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Pusat Analisis dan Penelitian Hak Asasi Manusia yang dirilis Rabu (13/7). [rsy]