WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan kematian puluhan anak di Gambia akibat cedera ginjal mungkin terkait dengan obat batuk dan pilek yang terkontaminasi, dan dibuat produsen obat India.
Dilansir Al Jazeera, pada Rabu (5/10/2022) Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa badan PBB sedang melakukan penyelidikan bersama dengan regulator India dan pembuat obat, Maiden Pharmaceuticals Ltd yang berbasis di New Delhi.
Baca Juga:
Ancam Kesehatan, BPOM Amankan Obat Ilegal Bernilai Rp 8,1 Miliar di Jawa Barat
Maiden Pharma menolak mengomentari peringatan tersebut, sementara panggilan telepon dan pesan Reuters ke Drugs Controller General of India tidak dijawab.
Kementerian Kesehatan Gambia dan India juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.
WHO juga mengeluarkan peringatan produk medis, meminta regulator untuk menghapus barang-barang Maiden Pharma dari pasar.
Baca Juga:
BPOM Tingkatkan Asistensi untuk Percepat Penyediaan Obat Berkualitas
Produk tersebut mungkin telah didistribusikan di tempat lain melalui pasar informal, tetapi sejauh ini hanya diidentifikasi di Gambia, kata WHO dalam peringatannya.
Peringatan tersebut mencakup empat produk, masing-masing Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup.
Analisis laboratorium mengkonfirmasi jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang “tidak dapat diterima”, yang dapat menjadi racun saat dikonsumsi, kata WHO.
Pemerintah Gambia mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya juga telah menyelidiki kematian tersebut, karena lonjakan kasus cedera ginjal akut di antara anak-anak di bawah usia lima tahun terdeteksi pada akhir Juli.
Petugas medis di Gambia membunyikan alarm pada bulan Juli, setelah beberapa anak mulai jatuh sakit dengan masalah ginjal tiga sampai lima hari setelah meminum sirup parasetamol yang dijual secara lokal.
Pada Agustus, 28 orang telah meninggal, tetapi otoritas kesehatan mengatakan jumlah korban kemungkinan akan meningkat.
Sekarang 66 orang meninggal, kata WHO pada hari Rabu.
Kematian itu telah mengguncang negara kecil di Afrika Barat itu, yang sudah menghadapi berbagai keadaan darurat kesehatan termasuk campak dan malaria.
Maiden Pharmaceuticals memproduksi obat-obatan di fasilitasnya di India, yang kemudian dijual di dalam negeri, serta mengekspornya ke negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, menurut situs webnya. [rin]