WahanaNews.co | Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) meloloskan resolusi yang menyerukan Rusia bertanggung jawab dengan perbaiki kerusakan di Ukraina yang dipicu invasinya sejak Februari lalu.
Merespons seruan itu, sekutu Presiden Vladimir Putin menyindir PBB agar melontarkan seruan senada kepada Amerika Serikat (AS).
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Seperti dilansir dilansir Reuters dan kantor berita Rusia, TASS, Selasa (15/11/2022), resolusi itu mendapatkan dukungan 94 negara dari total 193 negara anggota Majelis Umum PBB dalam voting yang digelar pada Senin (14/11) waktu setempat.
Pada dasarnya, resolusi itu mengakui bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas tindakannya, termasuk dengan melakukan perbaikan, di wilayah Ukraina.
"Rusia harus menanggung konsekuensi hukum atas semua tindakan yang keliru secara internasional, termasuk melakukan reparasi atas cedera yang terjadi, termasuk kerusakan apa pun, yang disebabkan oleh tindakan-tindakannya," demikian bunyi kutipan resolusi Majelis Umum PBB itu.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Resolusi itu juga merekomendasikan agar negara-negara anggota, bekerja sama dengan Ukraina, membuat daftar internasional untuk mencatat bukti dan klaim terhadap Rusia.
Resolusi Majelis Umum PBB semacam itu bersifat tidak mengikat, namun memiliki bobot politik.
Dalam tanggapannya, mantan Presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, yang juga sekutu dekat Putin, menyatakan Majelis Umum PBB seharusnya juga menyerukan kepada AS untuk memperbaiki kerusakan yang dipicu negara itu di banyak negara.
"Mereka seharusnya mengadopsi rekomendasi yang sama tentang perbaikan total atas kerusakan yang ditimbulkan Amerika Serikat di Korea, Vietnam, Irak, Yugoslavia dan banyak negara lainnya yang menderita akibat Amerika dan NATO," cetus Medvedev via akun Telegramnya.
Jika tidak demikian, sebut Medvedev, "Itu tampaknya menjadi awal dari penderitaan Perserikatan Bangsa-bangsa sebagai lembaga internasional utama untuk rekonsiliasi."
"Akhirnya akan menyakitkan untuk seluruh komunitas internasional. Kami akan melakukannya tanpa organisasi 'perserikatan bangsa-bangsa' seperti itu," cetus Medvedev. [rgo]