Penyelidikan gabungan PBB terkait dugaan kekejaman di Ethiopia menemukan semua pihak yang terlibat dalam konflik itu melakukan kekejaman berat yang mungkin termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang dalam perang panjang di wilayah Tigray.
Laporan tersebut, yang merupakan kolaborasi kantor HAM PBB dengan Komisi HAM Ethiopia (EHRC) yang dibentuk pemerintah, dirilis pada Rabu (3/11) ketika negara tersebut memasuki keadaan darurat baru di mana pasukan Tigray yang menjadi musuh pemerintah mengancam akan menuju ibu kota, Addis Ababa.
Baca Juga:
Alamak! Pilot Ethiopian Airlines Tertidur Saat Terbang
Lebih dari 1.300 pemerkosaan dilaporkan kepada pihak berwenang, dan diperkirakan lebih banyak lagi yang tidak dilaporkan.
Komisioner tinggi PBB bidang HAM, Michelle Bachelet, mengatakan konflik Tigray ditandai dengan “kekejaman yang ekstrem”.
“Warga sipil Tigray menjadi target kekerasan brutal dan menderita,” jelasnya dalam konferensi pers Rabu (3/11), dilansir Al Jazeera.
Baca Juga:
Pria Ethiopia Berebut Daftar Jadi Tentara Bayaran Rusia
“Tim penyelidikan gabungan telah menemukan sejumlah kekerasan dan pelecehan termasuk pembunuhan sewenang-wenang dan eksekusi di luar hukum, penyiksaan, kekerasan seksual dan berbasis gender, pelanggaran terhadap pengungsi dan warga sipil yang terpaksa mengungsi,” lanjutnya.
Mayoritas kekerasan didokumentasikan antara November 2020 dan Juni 2021 “tampaknya dilakukan oleh pasukan Ethiopia dan Eritrea”. Sejak itu PBB telah melihat meningkatnya jumlah laporan kekerasan oleh pasukan Tigray, termasuk pasukan Ethiopia dan Eritrea.
“Penting semua pihak memperhatikan seruan berulang untuk mengakhiri permusuhan,” kata Bachelet.