WahanaNews.co | Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (15/12) menyerukan lebih banyak konsensus demi mencapai kerangka kerja keanekaragaman hayati global pasca-2020 saat negosiasi tingkat menteri konferensi keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung di Montreal, Kanada.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed mendesak semua pihak untuk menyepakati kerangka kerja ambisius pasca-2020 untuk memulihkan keanekaragaman hayati yang hilang dan menempatkan umat manusia di jalur hidup yang harmonis dengan alam.
Baca Juga:
Sukseskan Pilkada 2024, Polres Subulussalam Berikan Pelatihan Kemampuan Sat Linmas
Dia meminta negara-negara maju agar mendukung negara-negara berkembang dengan sumber daya keuangan, keahlian teknis, dan pengembangan kapasitas untuk memastikan implementasi kerangka kerja tersebut.
"Sudah saatnya mengakhiri tiga krisis planet ini dan mengatur ulang hubungan kita dengan alam," katanya.
"Kita membutuhkan kejelasan yang lebih baik tentang bagaimana kekayaan yang dihasilkan dari kemajuan pesat dalam teknologi pengurutan genetik dan aplikasi komersial akan dibagikan secara adil," sambungnya.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Negosiasi keanekaragaman hayati PBB, yang dibuka pada pekan lalu, memasuki tahap krusial karena hanya tersisa beberapa hari untuk mencapai sebuah dokumen hasil. Pertemuan tingkat menteri ini akan berlangsung hingga Sabtu (17/12) untuk menegosiasikan isu-isu sulit terkait dokumen tersebut.
Menurut sebuah surat yang dikirimkan kepada para delegasi pada Kamis oleh Menteri Ekologi dan Lingkungan China Huang Runqiu, yang juga menjabat sebagai presiden pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (COP15), sejumlah isu kompleks terkait dokumen akhir yang perlu disepakati tersebut mencakup mobilisasi sumber daya, informasi urutan digital tentang sumber daya genetik, dan kerangka kerja pemantauan.
Konferensi keanekaragaman hayati PBB di Montreal ini harus menjadi "titik balik," kata sekretaris eksekutif Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati Elizabeth Maruma Mrema.