WAHANANEWS.CO - Perusahaan-perusahaan Arab Saudi mulai memotong gaji tinggi yang sebelumnya menjadi daya tarik bagi pekerja asing terbaik di sektor konstruksi dan manufaktur, sehingga calon pekerja asing kini tidak bisa lagi berharap mendapat kenaikan gaji 40 hingga 100 persen lebih tinggi dibandingkan pendapatan mereka sebelumnya.
Pemotongan gaji ini dilakukan seiring langkah Kerajaan Arab Saudi menahan belanja dan menata ulang prioritas pembangunan, dengan fokus baru pada sektor kecerdasan buatan (AI), logistik, dan pertambangan yang dianggap lebih menguntungkan.
Baca Juga:
Danrem 042/Gapu Terima Audiensi Kajati Jambi, Perkuat Sinergi Penegakan Hukum dan Stabilitas Daerah
Langkah ini dilakukan meski Saudi telah setengah jalan mewujudkan cetak biru transformasi ekonomi Visi 2030, yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada minyak, menciptakan lapangan kerja, serta memperluas industri pariwisata, real estate, pertambangan, dan jasa keuangan.
Dalam rangka Visi 2030, Saudi menggelontorkan dana miliaran dolar AS untuk berbagai megaproyek, termasuk NEOM, kota futuristik senilai US$500 miliar di gurun pasir yang akan menjadi pusat wisata Trojena dan tuan rumah Asian Winter Games 2029, di mana sebelumnya perusahaan Saudi menawarkan gaji US$100 ribu untuk menarik talenta asing, padahal di UAE posisi serupa hanya digaji US$60 ribu.
Kini sejumlah megaproyek, termasuk NEOM, ditunda sementara pemerintah merasionalisasi program ekonomi, dan perusahaan mulai lebih agresif menegosiasikan gaji sambil menerapkan langkah efisiensi di berbagai sektor.
Baca Juga:
Semarak Pertandingan Olahraga Warnai HUT ke-66 Korem 042/Gapu
Laporan gaji Oktober dari Tuscan menunjukkan anggaran perusahaan Saudi kini lebih diarahkan ke pekerjaan yang sedang berkembang seperti sektor AI dan digital, sementara reformasi pasar tenaga kerja mempercepat peningkatan proporsi warga lokal dalam sektor swasta, di mana jumlah warga yang bekerja di sektor ini tumbuh 31 persen sejak 2016.
CEO Matches Talent Louise Knutsson di Dubai menyatakan paket gaji saat ini lebih terukur berdasarkan data, kinerja, dan tolok ukur pasar riil, yang bagi sebagian pekerja terasa seperti kontraksi, namun menunjukkan kedewasaan sistem pengupahan Saudi.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]