ass="MsoNormal" style="margin-bottom:0mm;margin-bottom:.0001pt">WahanaNews.co | Kelompok pendukung Presiden
Amerika Serikat (AS) Donald Trump, di antaranya ada yang berbekal senjata api,
melakukan aksi unjuk rasa di berbagai wilayah yang masih melakukan penghitungan
suara.
Baca Juga:
Benarkah AS Tak Lagi Adidaya? Ini 3 Penyebab Runtuhnya Amerika Versi Warganya Sendiri
Demonstrasi sebagian besar berlangsung damai, meskipun
pendukung Trump sesekali berteriak ke arah pendukung Joe Biden. Trump menuduh
pemilu sedang dicuri tetapi dia tidak punya bukti kecurangan pemilu.
Di Arizona, salah satu negara bagian yang diperebutkan
dengan ketat dalam pertarungan antara Trump dan Biden, pendukung masing-masing
terlibat bentrok di luar Departemen Pemilihan Maricopa County di Phoenix.
Baca Juga:
Teror Drone Kamikaze Guncang Pangkalan Irak, Siapa Dalangnya?
Beberapa kelompok sayap kanan bersenjata api berkumpul di
lokasi tersebut ketika petugas pemilu menghitung suara di dalam gedung. Meski
demikian, protes sebagian besar tetap damai meskipun ketegangan meningkat.
Pejabat pemilihan lokal terus mentabulasi surat suara di
seluruh negeri, dalam beberapa kasus memproses surat suara dalam jumlah yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah surat suara lewat pos mencapai rekor
tertinggi karena pemilih menghindari antrean saat pandemi virus corona.
Di Philadelphia, polisi mengatakan mereka menangkap satu
orang dan menyita senjata api yang dibawanya. Pelaku diselidiki untuk rencana
menyerang Pennsylvania Convention Center di kota itu, yang jadi tempat
penghitungan suara.
Situasi di Philadelphia menunjukkan demonstran pro-Trump dan
pro-Biden dipisahkan penghalang portabel setinggi pinggang dengan para polisi
berjaga dalam jumlah banyak.
Hasil penghitungan perolehan suara Pilpres AS telah memicu kerusuhan
di berbagai tempat di AS. Bentrok antarpendukung tak terhindarkan di New York
dan Washington. Kerusuhan juga terjadi di kota-kota negara bagian seperti
Milwaukee, Wisconsin; Las Vegas, Nevada; Detroit, Michigan; dan Atlanta,
Georgia.
Di internet, Facebook menghapus grup yang tumbuh cepat di
mana pendukung Trump memposting retorika kekerasan. Facebook dan perusahaan
media sosial lainnya sejak awal berupaya mencegah terjadinya klaim kemenangan
pemilu yang tak berdasar dan mengurangi potensi kekerasan akibat provokasi di
media sosial.
Para pendukung Trump tampaknya menjadikan klaim kemenangan
Trump sebagai alasan untuk menggelar protes di berbagai kota.
Di Phoenix, pendukung Trump mengejar seorang pria yang
mengacungkan tanda yang menghina presiden di belakang panggung saat ahli teori
konspirasi sayap kanan Alex Jones berorasi.
Polisi turun tangan dan membubarkan pertikaian setelah pria
itu dan sekelompok kecil demonstran dikepung pendukung Trump.
"Mereka mencoba mencuri pemilu, tetapi Amerika tahu apa
yang terjadi dan mereka melawan," ungkap Jones kepada sekitar 300 orang
pendukung Trump.
Saat surat suara di Pennsylvania menghentikan keunggulan
Trump, para demonstran Philadelphia menari. Dua orang yang mengenakan kostum
kotak pos melompat-lompat mengikuti musik yang keras sambil membawa spanduk
bertuliskan, "Pertempuran belum berakhir."
Demonstran lainnya, didukung tabuhan drum live, berbaris di
belakang tulisan, "Anggota serikat berjuang untuk menghitung setiap
suara."
Pendukung Trump mengibarkan bendera dan membawa tanda
bertuliskan, "Suara berhenti pada Hari Pemilihan," dan "Maaf,
jajak pendapat ditutup."
Para pendukung Biden menunjukkan dukungan mereka terhadap
para pegawai penghitungan suara yang bekerja keras di dalam.
"Kami tidak bisa membiarkan penghitungan surat suara
diintimidasi. Kami tidak akan membuat gangguan, atau membuat siapa pun
terluka," papar Bob Posuney, 70, pensiunan pekerja sosial.
Di Milwaukee, sekitar 50 pendukung Trump berunjuk rasa
dengan membawa tulisan "Hentikan Pencurian" di depan gedung tempat
penghitungan suara. Mereka membunyikan musik country, mengibarkan bendera, dan
membawa tulisan "Hitung Ulang" dan "Dicurangi".
Setidaknya satu orang membawa pistol di sarung senjata.
Kira-kira selusin pengunjuk rasa datang kemudian, meneriakkan "Black lives
matter" dan "sebutkan nama-nama mereka" mengacu pada korban tewas akibat
kebrutalan polisi. Yang lain melemparkan telur ke arah pendukung Trump dari
mobil yang lewat.
"Masa depan negara saya adalah yang membawa saya ke sini
malam ini," ujar Mitchell Landgraf, pekerja konstruksi berusia 21 tahun yang
memberikan suara pertamanya dalam pemilu presiden untuk Trump.
"Saya takut jika ini berjalan dengan cara tertentu negara
ini akan menurun dengan cepat," papar dia.
Setidaknya 400 pengunjuk rasa berkumpul di luar Departemen
Pemilihan Clark County di Las Vegas. Lagu-lagu patriotik yang keras
meraung-raung di speaker saat orang-orang melambaikan bendera Trump dan
Amerika.
Di Detroit, seorang pendukung Black Trump dan seorang
pendukung Black Democratic berhadapan untuk bertikai. Sebelumnya, polisi
mencoba memisahkan pengunjuk rasa yang berpihak pada Black Lives Matter dari
kelompok Trump tetapi segera mundur, membuat kedua kelompok bertemu dan saling
berteriak.
Seorang wanita yang membawa pistol berkata bahwa dia
mewakili Michigan Home Guard, milisi sayap kanan.
"Saya tidak akan membakar kota dengan kasar, tetapi
saya akan terus berjuang untuk integritas pemilu," tegas Michelle
Gregoire, 29, di negara bagian di mana hasil pemilu menunjukkan Trump unggul
pada malam pemilu, tapi berubah menjadi kemenangan Biden pada Rabu lalu. [dhn]