Dennis Ross, seorang penasihat Timur Tengah pada masa jabatan pertama Obama, mengenang intervensi Biden untuk "mencegah pembalasan terhadap Netanyahu atas penghinaan diplomatik selama kunjungan Obama pada tahun 2010".
Obama kala itu, kata Ross, ingin mengambil tindakan keras atas pengumuman Israel mengenai perluasan besar-besaran perumahan bagi orang-orang Yahudi di Yerusalem Timur, separuh kota yang sebagian besar dihuni warga Arab yang direbut dalam perang tahun 1967.
Baca Juga:
PM Israel Netanyahu Persiapkan Serangan Besar ke Lebanon untuk Habisi Hizbullah
"Kapanpun keadaan menjadi tidak terkendali dengan Israel, Biden adalah jembatannya," kata Ross, yang kini bekerja di Washington Institute for Near East Policy.
"Komitmennya terhadap Israel begitu kuat... Dan itulah naluri yang kita lihat sekarang," tambahnya.
Sementara itu, dukungan yang diberikan oleh Biden kepada pemimpin sayap kanan Yahudi berpotensi menghadirkan risiko bagi partainya, yakni Partai Demokrat.
Baca Juga:
Perawat di AS Dipecat Gegara Sebut Perang Israel di Gaza sebagai Genosida
Bahkan, tindakan ini bisa menjadi ancaman terhadap posisi Biden dalam pemilihan presiden tahun 2024, seiring dengan meningkatnya kritik internasional terhadap tindakan Israel yang juga menyalahkan Amerika Serikat.
Reuters melaporkan bahwa sikap ini telah membuat banyak warga Palestina dan negara-negara Arab lainnya merasa bahwa Biden telah berpihak terlalu banyak pada Israel dan tidak mampu berperan sebagai perantara dalam upaya perdamaian.
Rashida Tlaib, seorang anggota Kongres yang berdarah Palestina dan satu-satunya warga Amerika keturunan Palestina di Kongres, mengatakan, "Presiden Biden, tidak semua warga Amerika mendukung Anda dalam hal ini, dan Anda perlu menyadari dan memahami hal ini." Ia juga menambahkan, "Kami melihat orang melakukan tindakan yang sangat kejam."