WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam sebuah pernyataan yang tergolong langka dan mengejutkan, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth mengakui bahwa rudal hipersonik milik China memiliki kekuatan luar biasa yang mampu melumpuhkan seluruh kekuatan angkatan laut AS dalam waktu singkat.
"Sejauh ini, seluruh platform proyeksi kekuatan kami adalah kapal induk dan kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan dengan cara itu secara strategis di seluruh dunia," ujar Hegseth, dikutip dari Interesting Engineering pada Selasa, 15 April 2025.
Baca Juga:
MD-19, Drone Hipersonik China yang Bisa Bikin Pentagon Ketar-ketir
Menurutnya, keunggulan strategi militer AS saat ini berada dalam ancaman besar. "Lima belas rudal hipersonik China dapat menghancurkan sepuluh kapal induk hanya dalam 20 menit pertama konflik," tegasnya.
AS Kalah dalam Semua Simulasi Perang Melawan China
Lebih lanjut, Hegseth mengungkap bahwa Amerika Serikat kalah dalam setiap simulasi perang melawan China yang dijalankan Pentagon. “China sedang membangun pasukan yang secara khusus dirancang untuk menghancurkan AS,” ungkapnya blak-blakan.
Baca Juga:
China Ambil Alih, Huayou Gantikan LG dan Suntik Rp165 Triliun ke Industri EV Indonesia
Ia menuding sistem birokrasi di dalam negeri dan proses akuisisi senjata yang lamban sebagai penyebab ketertinggalan AS dalam menghadapi ancaman militer China.
China dan Ancaman atas Terusan Panama
Dalam pernyataannya, Hegseth juga menyoroti ancaman China terhadap Terusan Panama, jalur air buatan sepanjang 82 kilometer yang menghubungkan Laut Karibia dengan Samudra Pasifik. Jalur ini sangat vital bagi logistik dan perdagangan AS.
Menurut data Sobel Shipping Network, sekitar 40 persen lalu lintas peti kemas AS bergantung pada Terusan Panama setiap tahunnya. Amerika Serikat tercatat sebagai pengguna terbesar kanal tersebut.
Pada 2021, lebih dari 73 persen kapal yang melewati kanal itu memiliki tujuan atau asal dari pelabuhan di AS.
Sejak Panama secara diplomatik mengakui China daripada Taiwan pada 2017, Beijing mulai memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut, termasuk investasi masif pada infrastruktur di sekitar kanal.
Hegseth menyampaikan kekhawatirannya bahwa China kini mengendalikan pelabuhan di kedua ujung kanal melalui perusahaan Hutchison Ports PPC yang berbasis di Hong Kong dan memiliki koneksi erat dengan pemerintah China.
"China terus menjadi ancaman bagi Terusan Panama, tetapi bersama-sama Amerika Serikat dan Panama akan menjaganya tetap aman," tegas Hegseth.
Kesepakatan keamanan terbaru yang ditandatangani pada awal April oleh pejabat tinggi AS dan Panama memungkinkan pengerahan personel militer AS ke fasilitas Panama untuk berbagai pelatihan dan kegiatan lainnya.
Presiden Donald Trump, yang kembali menjabat pada Januari, telah berulang kali menyuarakan kekhawatirannya atas dominasi China di Terusan Panama.
Dengan perjanjian baru ini, pemerintahannya berniat untuk "mengambil kembali" kendali atas jalur air strategis tersebut, yang sebelumnya dibangun dan dikuasai oleh AS hingga diserahkan ke Panama pada tahun 1999.
Kemajuan Rudal Hipersonik China
Departemen Pertahanan AS dalam laporan Desember 2024 menyebut bahwa teknologi rudal hipersonik China telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir. Banyak dari program rudal mereka telah menyamai kualitas produsen senjata terkemuka dunia.
China kini telah menempatkan DF-17, sebuah rudal balistik jarak menengah (MRBM) yang dipersenjatai dengan kendaraan luncur hipersonik (HGV). Sistem ini telah beroperasi sejak 2020 dan diyakini menggantikan sejumlah rudal balistik jarak pendek lama.
Rudal ini dirancang untuk menyerang pangkalan militer dan armada asing di wilayah Pasifik Barat.
Selain itu, rudal DF-27 juga disebut memiliki kemampuan membawa muatan HGV, serta muatan serangan darat, antikapal, dan bahkan nuklir. Berdasarkan catatan militer resmi China, rudal ini memiliki jangkauan antara 5.000 hingga 8.000 kilometer, yang secara teknis menjadikannya sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM).
Media dalam negeri China bahkan menyebut rudal ini berpotensi menjangkau wilayah Alaska dan Hawaii.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]