WahanaNews.co, Jakarta - Sebuah rumah sakit di New York City, NYU Langone Health, memecat seorang perawat Muslim berkebangsaan Palestina-Amerika, Hesen Jabr, karena dia menyebut perang Israel di Gaza sebagai genosida dalam pidato penerimaan penghargaan atas karyanya dalam menangani para ibu yang kehilangan anak-anak mereka selama kehamilan dan persalinan.
Sebelumnya, Jabr telah diperingatkan oleh rumah sakit untuk tidak menyampaikan pandangannya mengenai masalah yang memecah belah dan membawanya ke tempat kerja.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Jabr memposting di Instagram bahwa dia diberikan penghargaan pada tanggal 7 Mei dan menyampaikan pernyataannya pada hari tersebut.
Dia menambahkan bahwa dirinya diberikan surat pemecatan pada akhir bulan tersebut.
Dalam pidatonya, Jabr berbicara tentang para ibu yang kehilangan bayinya selama perang di Gaza dan mengatakan bahwa penghargaan tersebut “sangat pribadi” baginya.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Dia juga mengungkapkan kesedihannya melihat perempuan di negara asalnya mengalami kerugian yang tak terbayangkan selama genosida yang terjadi di Gaza.
Juru bicara rumah sakit melalui email mengatakan Jabr telah diperingatkan pada bulan Desember, mengikuti insiden sebelumnya, untuk tidak menyampaikan pandangannya mengenai masalah yang memecah belah dan membawanya ke tempat kerja.
"Dia malah memilih untuk tidak mengindahkan hal itu pada acara penghargaan karyawan baru-baru ini yang dihadiri banyak rekan-rekannya, beberapa di antaranya kesal setelah komentarnya," kata juru bicara tersebut tanpa memberikan rincian tentang kejadian sebelumnya.
Akibatnya, Jabr bukan lagi pegawai NYU Langone Health.
Serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza telah menyebabkan korban jiwa lebih dari 36.000 orang dalam delapan bulan terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Perang juga telah menyebabkan kelaparan yang meluas di daerah kantong pantai yang sempit dan mengungsi hampir 2,3 juta penduduknya.
Konflik tersebut, yang telah meningkatkan Islamofobia dan antisemitisme serta demonstrasi yang meluas di AS dan negara lain, dimulai ketika Hamas, yang menguasai Gaza, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Menurut rezim Zionis, serangan Hamas telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 250 lainnya disandera.
Namun, investigasi surat kabar Israel Haaretz mengungkap bahwa ribuan orang yang tewas pada 7 Oktober adalah akibat dari insiden "friendly-fire" oleh helikopter militer dan tank tempur Zionis ketika merespons serbuan Hamas.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]