WahanaNews.co | Pasukan
pemerintah dan pemberontak Houthi atas kota Marib di Yaman bentrok. Sumber
militer mengungkapkan sebanyak 47 orang tewas, 16 orang di antaranya adalah
pasukan pro-pemerintah.
Baca Juga:
Tersangka Pembunuhan Danramil 1703-4/Aradide Berhasil Diamankan Ops Damai Cartenz 2024
Dilansir AFP, Minggu (20/6/2021) pemberontak yang didukung
Iran berusaha untuk menguasai Marib dan ladang minyak di sekitarnya. Daerah itu
merupakan benteng terakhir pemerintah Yaman di utara setelah enam tahun
pertempuran yang membawa negara itu ke dalam krisis kemanusiaan.
Upaya diplomatik untuk mengamankan gencatan senjata di Yaman
telah meningkat. Hal itu juga sejalan dengan kampanye sengit untuk menguasai
Marib, yang telah menewaskan ribuan orang di kedua sisi.
Namun belum ada kata sepakat mengenai hal itu. Sebab
pertempuran kembali terjadi setelah jeda selama sebulan terakhir.
Baca Juga:
Prajurit TNI Gugur di Kabupaten Paniai, Jaringan Damai Papua (JDP) Sesalkan Konflik Bersenjata yang Terjadi
Sumber dari pemerintah yang diakui secara internasional
mengatakan kepada AFP bahwa 16 tentara dari barisan mereka tewas, termasuk enam
perwira, pada hari Sabtu. Para pemberontak jarang melaporkan korban mereka.
Houthi "meluncurkan serangan di berbagai front, dalam
upaya untuk maju, tetapi mereka sebagian besar dipukul mundur," salah satu
pejabat mengatakan kepada AFP.
Sumber tersebut mengatakan bahwa pesawat tempur dari koalisi
pimpinan Saudi, yang mendukung pemerintah yang terkepung. Mereka melancarkan
serangan udara ke lokasi pemberontak.
Houthi mengatakan di saluran televisi Al Masirah mereka
bahwa koalisi juga telah melakukan 17 serangan udara di berbagai bagian
provinsi Marib.
Pertempuran baru atas Marib terjadi setelah kegagalan
dorongan diplomatik oleh PBB, Amerika Serikat dan negara-negara regional untuk
mengamankan gencatan senjata di Yaman.
Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths pada hari Selasa
mengatakan kepada Dewan Keamanan usahanya sendiri selama tiga tahun terakhir
untuk mengakhiri perang telah "sia-sia".
"Dengan sangat menyesal saya melaporkan hari ini bahwa
para pihak belum mengatasi perbedaan mereka," katanya.
Yaman telah porak-poranda akibat perang saudara yang pecah
pada tahun 2014. PBB menyebut peristiwa itu mengakibatkan jutaan warga sipil
berada di ambang kelaparan.
Houthi telah berulang kali menuntut pembukaan kembali
bandara di ibukota utara Sanaa yang dikuasai pemberontak sebelum menyetujui
gencatan senjata. Selain serangan berdarah di Marib, Houthi juga meningkatkan
serangan drone dan rudal ke sasaran Saudi, termasuk fasilitas minyaknya.
Pertahanan udara Saudi pada hari Sabtu mencegat dan
menghancurkan 11 pesawat tak berawak yang ditembakkan ke kerajaan oleh
pemberontak Houthi di Yaman. Hal itu dilaporkan oleh media pemerintah Saudi
yang mengutip koalisi yang memerangi pemberontak.
"Operasi intersepsi berhasil," kata koalisi dalam
sebuah pernyataan. Mereka menambahkan bahwa pesawat tak berawak itu dikemas
dengan bahan peledak dan tujuh dinetralkan di wilayah udara Yaman. [qnt]