WAHANANEWS.CO, Jakarta - Amerika Serikat kembali menunjukkan kekuatan militernya dengan mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir USS Ohio ke Samudra Pasifik Barat.
Kapal selam kelas Ohio ini dipersenjatai hingga 153 rudal jelajah Tomahawk dan digambarkan oleh media AS sebagai sinyal tegas kepada Beijing di tengah percepatan ekspansi Angkatan Laut China.
Baca Juga:
Ketegangan Laut Meningkat, AS Kerahkan Kapal Selam Rudal Tomahawk ke Indo-Pasifik
Dalam pernyataannya kepada Newsweek, Komando Kelompok Kapal Selam Tujuh menyebut pengerahan ini sebagai bentuk komitmen jangka panjang AS terhadap keamanan kawasan Indo-Pasifik.
Kelompok ini bertanggung jawab atas operasi kapal selam di Pasifik Barat, Samudra Hindia, dan Laut Arab.
“Tujuan kami adalah menjaga stabilitas dan kemakmuran kawasan dengan mengerahkan kekuatan bawah laut yang siap tempur. Kami berupaya mencegah konflik, namun selalu siap menang jika terjadi konfrontasi,” demikian pernyataan resmi mereka.
Baca Juga:
Langkah Terhenti di Delapan Besar, Timnas Putri Tuai Pengalaman Berharga
Foto-foto yang dirilis menunjukkan USS Ohio merapat di Pangkalan Laut Guam pada 23 April lalu. Guam, yang hanya berjarak sekitar 1.800 mil dari daratan China, merupakan basis militer strategis dalam skema penahanan militer AS.
Pulau ini termasuk dalam Rantai Pulau Kedua, yang dirancang untuk membatasi akses militer China ke Samudra Pasifik.
USS Ohio merupakan satu dari empat kapal selam rudal jelajah (SSGN) milik Angkatan Laut AS, yang diubah dari kapal peluncur rudal balistik nuklir menjadi pengangkut rudal jelajah konvensional.
Kapal ini juga mampu mendukung operasi pasukan khusus dengan kapasitas hingga 66 personel.
Kehadiran USS Ohio bukanlah kebetulan. Ini adalah ketiga kalinya kapal selam sejenis dikerahkan ke kawasan dalam setahun terakhir, menyusul USS Florida pada Juli 2024 dan USS Michigan pada November 2024.
Seorang pengamat militer dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Dr. Raymond Kim, menilai pengerahan ini sebagai "taktik proyeksi kekuatan" yang dirancang untuk membendung agresivitas Beijing di Laut China Selatan dan Indo-Pasifik.
“AS mengirim pesan bahwa dominasi laut belum berpindah tangan. Dengan kapal selam siluman seperti ini, Beijing akan berpikir dua kali sebelum melakukan manuver provokatif,” kata Kim kepada Newsweek.
Militer China saat ini memiliki angkatan laut terbesar secara kuantitas, dengan lebih dari 370 kapal, termasuk 12 kapal selam nuklir dan 48 kapal selam diesel-listrik.
Pentagon mencatat modernisasi armada bawah laut China sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kawasan.
USS Ohio, yang bermarkas di Bangor, Washington, kini menjalani apa yang disebut sebagai "operasi rutin" dalam lingkup Armada Ketujuh.
Kapal ini tercatat masih berada di Guam hingga 6 Mei, dan ikut serta dalam latihan gabungan bersama Korps Marinir AS.
Latihan tersebut dimaksudkan untuk memperkuat kesiapsiagaan militer AS dalam menyediakan opsi serangan cepat dan fleksibel bagi para komandan di wilayah konflik.
Kelompok Kapal Selam Tujuh menjelaskan bahwa kapal seperti Ohio memberikan keunggulan strategis luar biasa: kombinasi daya hancur tinggi, siluman, dan kemampuan dukungan operasi khusus.
“USS Ohio dan kapal saudaranya adalah platform tempur paling serbaguna dan rahasia yang kami miliki saat ini,” ujar juru bicara kelompok tersebut.
Sementara itu, USS Georgia, salah satu kapal sekelas, tampak dalam citra satelit berada di Diego Garcia, pangkalan militer terpencil milik AS di Samudra Hindia.
Ini menunjukkan mobilitas tinggi dan jangkauan global dari armada kapal selam AS yang terus dipertahankan sebagai tulang punggung kekuatan deterensi strategis Washington.
Dalam pernyataan tertulis, Angkatan Laut AS menegaskan: “Kapal selam berpeluru kendali adalah pilar kekuatan tempur masa depan. Kombinasi muatan besar, awak ganda, dan kemampuan siluman menjadikannya aset tempur unggulan.”
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]