Namun, setibanya di sana, mereka ditempatkan di empat rumah besar bersama sekitar 100 wanita lainnya.
Baru setelah itu mereka menyadari bahwa pekerjaan yang dijanjikan hanyalah tipu muslihat.
Baca Juga:
Tak Layani Sambungan Listrik untuk Bisnis Ilegal, ALPERKLINAS Sebut Indonesia Perlu Tiru Thailand
Mimpi buruk dimulai ketika mereka diberikan suntikan hormon untuk merangsang produksi sel telur, yang kemudian diambil sebulan sekali.
Salah satu korban yang berhasil kabur mengungkapkan dalam konferensi pers bahwa mereka diperlakukan seperti ternak, bahkan ada yang tidak menerima kompensasi sama sekali.
Jika ingin keluar, mereka diharuskan membayar uang tebusan sebesar 2.000 euro atau sekitar Rp33 juta, yang membuat banyak dari mereka terjebak tanpa jalan keluar.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Menurut Pavena Hongsakula, pendiri yayasan Thailand untuk anak-anak dan wanita, sel telur yang dikumpulkan diduga diperjualbelikan ke negara lain untuk keperluan fertilisasi in-vitro (IVF).
Dengan bantuan Interpol, Yayasan Pavena berhasil membebaskan tiga wanita setelah membayar uang tebusan.
Hingga kini, belum diketahui berapa banyak wanita yang masih ditahan di "peternakan manusia" tersebut.