Sejak Revolusi Islam 1979, Ayatollah Khamenei telah menempatkan Garda Revolusi sebagai pilar utama kekuasaannya, dengan kewenangan penuh dan akses ke teknologi militer terbaik Iran.
Hilangnya figur-figur penting ini menjadi pukulan telak terhadap struktur komando elite tersebut.
Baca Juga:
Iran Bikin Israel Lumpuh Mental: Sirene Palsu Tanpa Serangan Picu Kekacauan Nasional
Meski kementerian pertahanan berada di bawah presiden, Garda Revolusi berperan sebagai pengaman utama dalam menjaga stabilitas internal dan membentuk kebijakan regional Iran, termasuk pengaruhnya di Suriah, Irak, dan Lebanon.
Seorang analis mengatakan, “Saat menghadapi salah satu momen paling berbahaya dalam sejarah Republik Islam, Khamenei justru makin tersudut.”
Ayatollah Khamenei dikenal sebagai sosok pemimpin yang sangat berhati-hati namun keras kepala dalam mempertahankan prinsip-prinsip ideologisnya.
Baca Juga:
Ketakutan Nasional, Gangguan Jiwa Warga Israel Melonjak 350% Usai Diserbu Rudal Iran
“Dua hal tentang Khamenei: ia sangat keras kepala tetapi juga sangat berhati-hati. Itulah sebabnya ia bertahan lama,” kata Alex Vatanka, Direktur Program Iran di Middle East Institute, Washington.
Meski para sekutu seperti Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga kerap menjadi target serangan, hilangnya tokoh-tokoh strategis seperti Salami dan Hajizadeh menjadi tantangan terbesar bagi Khamenei sejak menjabat pada 1989.
Dengan struktur komando yang porak-poranda dan negosiasi nuklir yang belum menemui titik terang, pengamat memperkirakan kekacauan ini akan mengubah dinamika kekuasaan di Teheran serta memperburuk hubungan yang sudah memanas antara Iran dan Israel.