WahanaNews.co | Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan akan melibatkan senjata nuklir jika pecah Perang Dunia III.
Pernyataan Lavrov ini dilaporkan Kantor Berita RIA yang berbasis di Rusia, Rabu (2/3/2022).
Baca Juga:
Boris Johnson Pertimbangkan Maju untuk Masa Jabatan Kedua PM Inggris
Lavrov mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus melawan Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) lalu.
Dia menyebut akan menghadapi "bahaya nyata" jika Kiev memperoleh senjata nuklir.
Berdasarkan laporan Kantor Berita TASS, Lavrov mengatakan, Rusia tidak akan mengizinkan Ukraina memperoleh senjata nuklir.
Baca Juga:
Liz Truss Mundur, Tagar #bringbackboris Menggema di Inggris
Sebelumnya, pada Selasa (1/3/2022), Lavrov mengatakan pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss, bahwa Ukraina telah berusaha untuk memperoleh senjata nuklir.
Dikutip dari Reuters, dia menyebut itu bahaya nyata yang membutuhkan tanggapan Rusia.
“Hari ini bahaya yang ditimbulkan oleh rezim (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelenskiy bagi negara-negara tetangga dan keamanan internasional secara umum telah meningkat secara substansial setelah pihak berwenang yang dibentuk di Kiev memulai permainan berbahaya terkait dengan rencana untuk memperoleh senjata nuklir mereka sendiri,” kata Lavrov, pada Konferensi Perlucutan Senjata, dalam sebuah video.
"Ukraina masih memiliki teknologi nuklir Soviet dan sarana pengiriman senjata semacam itu. Kami tidak dapat gagal untuk menanggapi bahaya nyata ini," kata dia.
Lavrov juga menyerukan Amerika Serikat (AS) untuk menarik senjata nuklirnya dari Eropa.
Lavrov menyampaikan pidato lewat tayangan video yang kemudian diikuti dengan aksi walkout oleh banyak diplomat, termasuk dari Perancis dan Inggris, saat video itu diputar.
Para diplomat melakukan aksi itu sebagai bentuk protes invasi Rusia ke Ukraina.
Aksi walkout para diplomat ketika video Lavrov diputar juga terjadi pada pertemuan paralel PBB di Jenewa pada Selasa (1/3/2022) kemarin.
Putin Penjahat Perang
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada Rabu (2/3/2022), menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai penjahat perang.
Dilansir AFP, dia juga mendesak PBB untuk mengutuk invasinya ke Ukraina.
Komentar ini disampaikan di parlemen, di mana anggota parlemen memberikan tepuk tangan meriah kepada duta besar Ukraina yang hadir.
Johnson mengenakan pin bendera Inggris-Ukraina, dan banyak anggota parlemen juga mengenakan pakaian berwarna biru dan kuning Ukraina.
"Apa yang telah kita lihat dari rezim Vladimir Putin, dalam penggunaan amunisi yang telah mereka jatuhkan pada warga sipil tak berdosa, dalam pandangan saya sudah sepenuhnya memenuhi syarat sebagai kejahatan perang," kata Johnson.
Para menteri Inggris telah memperingatkan bahwa Putin, kroni dan komandannya dapat menghadapi tuntutan di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag, yang telah membuka penyelidikan atas invasi tersebut.
Menjelang pemungutan suara oleh Majelis Umum PBB di New York, Johnson menambahkan: "Kami menyerukan kepada setiap negara untuk bergabung dengan kami dalam mengutuk Rusia dan menuntut agar Putin mengubah tanknya."
Johnson memperingatkan sanksi lebih lanjut jika serangan berlanjut, mengulangi slogan tiga kata baru: "Putin harus gagal."
"Dengan kepahlawanan rakyat Ukraina dan persatuan Barat, saya yakin dia akan gagal dan kami akan berhasil melindungi Ukraina," kata Johnson. [gun]