WahanaNews.co | Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe, yang semula berjanji mundur, ternyata mengingkari janjinya.
Pada Rabu (20/7/2022), dia memenangkan pemungutan suara di parlemen untuk menjadi Presiden Sri Lanka berikutnya hingga 2024.
Baca Juga:
Ekonomi Indonesia Disebut Masih Aman dari Krisis, Tapi…
Melihat hal itu, gelombang kemarahan pun sontak meledak lagi di seluruh pelosok Sri Lanka.
Anggota parlemen memilih pengganti Gotabaya Rajapaksa, yang digulingkan dan meninggalkan negara itu pada 13 Juli 2022 untuk menghindari pemberontakan rakyat atas peran keluarganya.
Rajapaksa telah menjadi dinasti politik paling berpengaruh di Sri Lanka, bermain dalam krisis ekonomi terburuk di negara itu.
Baca Juga:
Pj Presiden Sri Lanka Langsung Umumkan Status Darurat
Protes berkobar di Kolombo sejak Maret 2022 dan menyebar ke seluruh negeri sejak orang-orang berjuang dengan pemadaman listrik setiap hari dan kekurangan bahan pokok.
Seperti bahan bakar, makanan dan obat-obatan, karena cadangan mata uang asing negara itu telah habis, sehingga tidak mampu membayar. untuk impor.
Ketika Rajapaksa pergi, dia menjadikan sekutunya Wickremesinghe sebagai penjabat presiden, sebuah keputusan yang memicu lebih banyak protes.
Pemungutan suara pada Rabu (20/7/2022) diadakan untuk memilih presiden baru untuk menyelesaikan masa jabatan Rajapaksa, yang berakhir pada 2024.
Parlemen yang beranggotakan 225 orang memberikan 134 suara kepada Wickremesinghe.
Kemudian, 82 suara kepada kandidat utama lainnya, anggota parlemen partai Podujana Peramuna yang berkuasa di Sri Lanka, Dullas Alahapperuma, yang didukung pihak oposisi.
Kandidat ketiga, Anura Dissanayaka, pemimpin partai Marxis Janatha Vimukthi Peramuna, hanya menerima tiga suara.
“Saya telah berada di legislatif selama 43 tahun, dan saya tahu masalah yang dihadapi negara dan rakyat,” kata Wickremesinghe di parlemen, setelah pemilihan.
“Mari kita bersatu untuk membawa negeri ini maju demi kemajuan bangsa," ujarnya.
"Mari kita buat peta jalan baru untuk membangun negara dan partisipasi semua pihak dan menyelamatkan rakyat," klaimnya.
Wickremesinghe diangkat sebagai Perdana Menteri pada Mei 2022, setelah kakak laki-laki Rajapaksa, Mahinda Rajapaksa, mengundurkan diri ketika demonstrasi berubah menjadi mematikan.
Dia juga mengambil peran sebagai Menteri Keuangan, menjadi wajah publik dari kesengsaraan ekonomi negara.
Seorang anggota parlemen berpengalaman, Wickremesinghe telah menjadi Perdana Menteri enam kali.
Tetapi tidak pernah menyelesaikan masa jabatannya.
Dia mengumumkan pada 9 Juli 2022, bersedia untuk mundur dan mengizinkan pemerintah semua partai untuk mengambil alih.
Dia menyampaikan itu setelah ribuan pengunjuk rasa turun ke ibu kota Kolombo dalam salah satu pawai anti-pemerintah terbesar di negara yang dilanda krisis tahun ini.
Wickremesinghe akan dilantik sebagai Presiden pada Kamis (21/7/2022) dan pengunjuk rasa akan terus berdemonstrasi sampai dia kembali dijungkalkan oleh rakyat.
Mereka berkumpul di depan Sekretariat Presiden meskipun keadaan darurat diberlakukan sejak minggu lalu, seperti dilansir Arab News.
Namal Jayaweera, pemimpin gerakan protes, di lokasi demonstrasi mengatakan orang-orang marah dan kecewa atas pemilihan ini.
Demonstran merasa perwakilan mereka di parlemen telah mengecewakan mereka.
“Pemilihannya sebagai Presiden sama baiknya dengan salah satu Rajapaksa berkuasa yang berarti semua upaya kita sia-sia,” kata Jayaweera.
“Kami akan mengintensifkan protes kami tanpa gentar dalam beberapa hari mendatang untuk memecatnya dari jabatannya," tambahnya.
Senaka Perera, seorang pengacara terkemuka yang mewakili pengunjuk rasa, mengatakan tidak akan menerima hasil pemungutan suara parlemen.
Dia menyebut, penunjukan Wickremesinghe bertentangan dengan keinginan publik.
“Wickremesinghe akan terus mengikuti perintah keluarga Rajapaksa,” kata Perera.
“Ranil Wickremesinghe telah dibawa oleh rezim Rajapaksa," tambahnya.
"Oleh karena itu, protes damai kami akan terus berlanjut melawan Ranil Wickremesinghe dan sistem yang korup," tutupnya. [gun]