WahanaNews.co | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memproyeksikan populasi dunia tembus 8 miliar di tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan, PBB mengatakan proyeksi angka tersebut berarti bahwa 1 miliar orang telah bertambah dalam populasi global, hanya dalam kurun waktu 12 tahun.
Baca Juga:
BMKG Goes To Campus, Berikan Kuliah Tamu Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan di Universitas Satya Terra Bhinneka
"Pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini disebabkan oleh peningkatan bertahap dalam umur manusia, karena perbaikan kesehatan masyarakat, nutrisi, kebersihan, dan obat-obatan. Ini juga merupakan hasil dari tingkat kesuburan yang tinggi di beberapa negara," papar PBB dalam pernyataannya.
Seperti dikutip dari CNN, Rabu (16/11/2022) negara-negara berpenghasilan menengah, sebagian besar di Asia menyumbang pertumbuhan populasi tersebut selama dekade terakhir. Atau dalam angka menyumbang sekitar 700 juta orang sejak 2011.
India sendiri menambahkan sekitar 180 juta orang dan diperkirakan akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia tahun depan.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
Tetapi, bahkan ketika populasi global mencapai titik tertinggi baru, para ahli demografi mencatat, bahwa tingkat pertumbuhan terus menurun hingga kurang dari 1% per tahun.
Ini akan mencegah dunia mencapai 9 miliar orang hingga 2037.
PBB memperkirakan populasi global akan mencapai puncaknya sekitar 10,4 miliar orang pada 2080-an dan tetap pada level itu hingga 2100.
Dan sebagian besar atau sekitar 2,4 miliar orang akan lahir di Afrika sub-Sahara sebelum puncak populasi global, menandai pergeseran China dan India sebagai negara dengan populasi terbesar.
Tetapi, sekaligus juga mempertimbangkan tanggung jawab bersama umat manusia untuk planet ini.
Memiliki lebih banyak orang di Bumi memberi lebih banyak tekanan pada alam. Manusia akan bersaing dengan satwa liar untuk mendapatkan air, makanan, dan juga ruang.
Sementara itu pertumbuhan populasi yang cepat dan dikombinasikan dengan perubahan iklim juga kemungkinan akan menyebabkan migrasi massal dan konflik dalam beberapa dekade mendatang.
Makanan atau air, bahan bakar, tentunya akan lebih sedikit beredar seiring dengan pertumbuhan populasi global.
Tapi berapa banyak yang masyarakat dunia konsumsi sama juga merupakan hal yang penting, sehingga pembuat kebijakan disarankan untuk membuat aturan mengenai pola konsumsi ini.
Menurut analisis Stockholm Environment Institute dan Oxfam Internasional tahun 2020, emisi karbon dari 1 persen orang terkaya atau 63 juta orang, lebih dari dua kali lipat emisi dari separuh umat manusia termiskin antara tahun 1990 dan 2015.
Sementara itu, tekanan sumber daya akan sangat menakutkan di negara-negara Afrika, di mana populasi diperkirakan akan meningkat pesat.
Ini juga termasuk negara yang paling rentan terhadap dampak iklim dan paling membutuhkan pendanaan untuk mengatasinya. [rna]