Di sisi lain, juru bicara kepolisian Nepal, Binod Ghimire, mengungkapkan sebanyak 14.307 narapidana melarikan diri dari berbagai penjara di seluruh negeri selama protes berlangsung.
Aksi protes di Nepal ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang melarang penggunaan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube.
Baca Juga:
Kerusuhan Disorot Setara Institute, Hendardi Desak Aparat Bertindak Tegas dan Terukur
Larangan ini memicu kemarahan terutama di kalangan generasi muda (Gen Z) yang merasa hak kebebasan berekspresi mereka direnggut.
Selain itu, ketidakpuasan terhadap korupsi dan memburuknya kondisi ekonomi semakin memperburuk situasi.
Demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi kekerasan, dengan massa menyerang rumah pejabat.
Baca Juga:
Soal Aksi Demo Anarkis, Prabowo Tegaskan Tidak Akan Mundur
Kerusuhan juga meluas hingga ke kediaman mantan Perdana Menteri dan mantan Presiden Nepal, serta membakar gedung parlemen dan kantor pemerintahan lainnya.
Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025) di tengah meningkatnya kekerasan.
Pada hari yang sama, Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashok Raj Sigdel mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan membuka dialog sebagai solusi.