WahanaNews.co | Ratusan
warga Palestina melakukan unjuk rasa menuntut Presiden Mahmoud Abbas mundur
dari jabatannya. Protes ini dipicu kematian seorang aktivis dalam tahanan, bulan
Juni lalu.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
Dilansir AFP, Minggu (4/7/2021) aktivis tersebut diketahui
bernama Nizar Banat. Ia tewas setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan
menangkapnya dengan kejam.
Protes dilakukan di Ramallah yang merupakan tempat Otoritas
Palestina (PA) pimpinan Abbas bermarkas. Dalam aksi protes, kerabat Nizar Banat
berada di garis depan.
Selain itu ibu Banat yang berkabung juga disebut ikut berada
di lokasi dan mengangkat potret putranya. Selain membawa potret Bana, para
demonstran juga mengangkat spanduk besar yang bertuliskan "Abbas
Leave".
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
"Pawai ini adalah pesan kesetiaan kepada Nizar Banat
dan kepada pihak berwenang, yang harus mengadili mereka yang bertanggung jawab
atas kematiannya," ujar mantan Kepala Dewan Legislatif Palestina Hassan
Khreishah.
Polisi Palestina dan pasukan keamanan memblokir jalan menuju
markas Abbas di Ramallah.
Kematian Banat pada 24 Juni memicu protes berhari-hari dan
memicu kecaman internasional. Menurut otopsi, dia dipukuli di kepala, dada,
leher, kaki dan tangan, dengan waktu kurang dari satu jam antara penangkapannya
dan kematiannya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.