WahanaNews.co | Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan, ia tak pernah meminta Kremlin untuk membuka koridor kemanusiaan dari kota-kota di Ukraina menuju Rusia dan Belarusia.
"(Macron menekankan soal) penghormatan hukum kemanusiaan internasional, perlindungan penduduk sipil, dan pemberian pasokan bantuan," jelas seorang pejabat kepresidenan Prancis, menanggapi klaim yang dibuat oleh Rusia, seperti dikutip dari AFP.
Baca Juga:
Gabriel Attal Jadi PM Termuda Prancis di Usia 34 Tahun
Pada Senin (7/3/2022), Kemhan Rusia mengumumkan akan membuka koridor kemanusiaan untuk keperluan evakuasi dari Kharkiv, Kiev, Mariupol, dan Sumy.
Moskow mengklaim, keputusan itu diambil berdasarkan “permintaan pribadi” dari Macron kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Kedua pemimpin itu mengadakan panggilan telepon pada Minggu (6/3/2022).
Baca Juga:
Timnas Prancis Kisruh, Benzema Unfollow Pemain Les Bleus
Namun, Istana Elysee mengklarifikasi, Paris tidak pernah mengajukan permintaan tersebut saat komunikasi berlangsung.
Rusia mengusulkan koridor kemanusiaan baru untuk mengangkut warga Ukraina yang terperangkap di bawah pemboman.
Tetapi, tawaran itu ditampik oleh Ukraina.
Penolakan itu berakar dari rute evakuasi.
Kremlin mengarahkan penduduk menuju Rusia dan Belarusia, bukan wilayah lain di Ukraina.
Dari empat kota tersebut, koridor dari Kiev akan membawa penduduk ke Belarusia.
Sementara itu, warga dari Kharkiv akan dievakuasi ke Rusia.
"Mereka adalah warga negara Ukraina, mereka harus memiliki hak untuk mengungsi ke wilayah Ukraina," jelas seorang juru bicara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Berbagai pihak mengecam langkah tersebut.
Pejabat Ukraina memperingatkan, Rusia berupaya memanipulasi para pemimpin Barat melalui rute evakuasi itu.
Moskow bahkan tidak menepati dua janji evakuasi sebelumnya usai menyetujui kesepakatan gencatan senjata.
Pasukan Rusia menggencarkan penembakan di sepanjang jalur evakuasi sehingga para penduduk masih terjebak di kota-kota mereka. [gun]