WahanaNews.co | Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (3/1) menandatangani keputusan untuk membayar 5 juta Rubel (Rp1 miliar) sebagai bantuan bagi keluarga tentara Rusia yang tewas di medan perang Ukraina.
Seperti dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (4/1/2023), dekrit tersebut, yang mencakup jaminan sosial tambahan untuk tentara Rusia, pasukan keamanan dan keluarga mereka, dipublikasikan di situs Badan Informasi Hukum Rusia.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Sementara itu, 3 juta rubel (USD41.300) akan dibayarkan kepada tentara yang terluka atau mengalami trauma selama perang. Keputusan, yang mulai berlaku pada tanggal ditandatangani, akan mencakup keluarga tentara yang kehilangan nyawa dan mereka yang terluka pada 24 Februari, ketika perang Rusia-Ukraina dimulai.
Sementara itu, sebuah kelompok patriotik yang kurang dikenal, yang mendukung para janda tentara Rusia telah meminta Presiden Vladimir Putin untuk memerintahkan mobilisasi besar-besaran jutaan orang dan menutup perbatasan untuk memastikan kemenangan di Ukraina.
Putin berada di bawah tekanan kuat untuk memberikan kemenangan di Ukraina, lebih dari 10 bulan sejak dia mengirim pasukan sebagai bagian dari operasi yang katanya dimaksudkan untuk membela Rusia di Ukraina timur.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Kami meminta Presiden kami, Vladimir Vladimirovich Putin, untuk mengizinkan Angkatan Darat Rusia melakukan mobilisasi skala besar," kata kelompok Janda Tentara Rusia dalam sebuah posting di Telegram, seperti dikutip dari Reuters.
"Kami meminta Presiden kami, Panglima Tertinggi kami, untuk melarang kepergian pria usia militer dari Rusia. Dan kami memiliki hak moral penuh untuk melakukan ini: suami kami meninggal melindungi orang-orang ini, tetapi siapa yang akan melindungi kami jika mereka kabur?" lanjut pernyataan itu.
Setelah memerintahkan apa yang dia sebut sebagai "mobilisasi parsial" pada 21 September, yang pertama di Rusia sejak Perang Dunia Kedua, sekitar 300.000 orang tambahan direkrut, meskipun beberapa ratus ribu lebih orang Rusia melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari panggilan.