WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan sinyal diplomatik kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait proposal perdamaian untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Langkah ini muncul di tengah meningkatnya intensitas komunikasi diplomatik internasional yang bertujuan meredakan perang berkepanjangan antara Moskow dan Kyiv.
Baca Juga:
Kementerian Luar Negeri Rusia Sebut Laporan AP Evakuasi Kedubes Venezuela Kebohongan
Pihak Kremlin mengonfirmasi adanya komunikasi lanjutan antara pejabat senior Rusia dan Amerika Serikat, menyusul diterimanya dokumen usulan perdamaian dari Washington.
Penasihat kebijakan luar negeri Presiden Putin, Yuri Ushakov, diketahui telah melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon dengan sejumlah pejabat dalam pemerintahan Presiden Trump.
Kontak tersebut dilakukan atas mandat langsung dari Presiden Putin, meskipun waktu dan durasi percakapan tidak diungkapkan secara rinci.
Baca Juga:
Mendag Busan Bertemu Mendag Komisi Ekonomi Eurasia, Pertegas Komitmen Implementasi Indonesia-EAEU FTA
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyampaikan bahwa kedua pihak sepakat untuk menjaga keberlanjutan dialog sebagai bagian dari proses diplomasi yang sedang berjalan. Informasi ini dilansir dari The Straits Times, Sabtu (27/12/2025).
Sementara itu, utusan khusus Presiden Putin, Kirill Dmitriev, membawa salinan fisik proposal perdamaian Amerika Serikat ke Moskow.
Dokumen tersebut diperoleh setelah Dmitriev melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak di Miami pada akhir pekan lalu, yang disebut-sebut menjadi bagian dari jalur diplomasi informal.
Kremlin menyatakan bahwa dokumen usulan tersebut kini tengah dikaji secara mendalam oleh otoritas terkait di Rusia.
Peskov menegaskan pihaknya memilih untuk tidak mengungkapkan isi proposal ke publik demi menjaga stabilitas dan efektivitas proses negosiasi yang sedang berlangsung.
Kontak terbaru antara Moskow dan Washington ini menandai kelanjutan upaya diplomatik di tengah konflik Ukraina yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Komunikasi tersebut juga menunjukkan bahwa saluran dialog antara Rusia dan Amerika Serikat masih terbuka, meskipun hubungan kedua negara berada dalam situasi yang kompleks.
Meski Rusia menyatakan kesiapan untuk melanjutkan pembahasan, belum ada rincian konkret mengenai arah kesepakatan yang disampaikan kepada publik.
Tuntutan Moskow terkait wilayah Donbas masih menjadi salah satu isu krusial yang berpotensi menghambat tercapainya kesepakatan damai antara pihak-pihak yang bertikai.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]