Pada 15 September, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA)
menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dengan menandatangani Abraham
Accords di Washington. Normalisasi dua negara Teluk dengan negara Yahudi itu
terjadi setelah Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya menengahi
kesepakatan bersejarah tersebut.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Ketiga
Saban, yang dikutip Haaretz pada Kamis (22/10/2020),
mengatakan Putra Mahkota MBS menyampaikan ancaman pembunuhan itu baru-baru ini
kepadanya. Menurutnya, Riyadh tidak dapat bergabung dengan UEA dan Bahrain
untuk normalisasi hubungan dengan Israel.
"Itu karena mungkin akan berakhir dengan putra mahkota
dibunuh oleh Iran, Qatar, atau rakyatnya sendiri," kata Saban.
Menurut surat kabar tersebut, Saban mengungkapkan pernyataan
Pangeran MBS selama wawancara dengan Anggota Kongres Demokrat Ted Deutch yang
terjadi di sela-sela acara kampanye online bernama "Israel"s Security and
Prosperity in a Biden White House" pada hari Rabu.
Baca Juga:
Kanwil Kemenag Kaltara Alokasikan 221.000 Jatah Haji untuk Tahun 2025
Miliarder�"yang dikenal sebagai donor Partai Demokrat yang
rajin�"juga mengatakan kepada Deutch bahwa "semua kredit" yang terkait
dengan penandatanganan kesepakatan damai antara Israel, UEA, dan Bahrain harus
diberikan kepada penasihat senior yang juga menantu Presiden Donald Trump;
Jared Kushner, dan ajudannya Avi Berkowitz, yang bekerja sangat keras untuk
itu.
Pernyataan Saban muncul sekitar seminggu setelah Menteri
Luar Negeri AS Michael Pompeo mendesak Arab Saudi untuk mengikuti jejak Abu
Dhabi dan Manama dan menormalkan hubungannya dengan Israel.
Pompeo juga memuji bantuan Riyadh dalam menyatukan Tel Aviv,
Abu Dhabi, dan Manama, namun dia menolak mengungkapkan sifat dukungan tersebut.
Bahrain dan UEA menjadi negara Teluk pertama yang melakukan
normalisasi hubungan dengan Irsael. Ketiga negara menandatangani Abraham
Accords pada 15 September di Washington, setelah pemerintahan Trump menengahi
perjanjian bersejarah tersebut.
Kedua negara Teluk itu menyatakan kesiapan untuk bekerja
sama dengan negara Yahudi dalam berbagai sektor, mulai dari budaya hingga
keamanan regional. Kesepakatan itu dengan imbalan bahwa Israel menunda
rencananya untuk memperpanjang kedaulatan atas bagian Tepi Barat, Palestina.
Bahrain dan UEA menjadi hanya negara Arab ketiga dan keempat
yang menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Mesir pada 1979 dan Yordania
pada 1994.
Arab Saudi tidak mengkritik atau mendukung Abraham Accords
atau Perjanjian Abraham, yang ditentang keras oleh para pemimpin Palestina dan
Iran. Riyadh juga berada di balik inisiatif tahun 2002 yang menetapkan bahwa
negara-negara Arab hanya boleh menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Tel
Aviv menyetujui solusi dua negara dengan Palestina dan wilayah Israel seperti
peta sebelum tahun 1967.
Penandatanganan perjanjian itu dilakukan dengan latar
belakang hubungan rumit antara Arab Saudi dan Iran. Tahun lalu, Riyadh, bersama
dengan Washington dan London, menuduh Teheran berada di balik serangan pesawat
tak berawak 14 September 2019 terhadap fasilitas minyak Aramco Arab Saudi.
Negara para Mullah menolak keras tuduhan tersebut.