WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mendesak dunia internasional agar berhenti menerapkan standar ganda dalam menilai kejahatan yang dilakukan Israel di Gaza.
Ia menekankan pentingnya tanggung jawab global untuk menghukum Israel atas tindakan brutal yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil Palestina.
Baca Juga:
Rapat PBB Setujui Pembentukan Negara Palestina, Israel Panas
Pernyataan tersebut disampaikan Al Thani dalam rapat persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat para pemimpin Arab dan negara-negara Islam yang digelar di Doha, Qatar.
Pertemuan penting ini diprakarsai setelah serangan udara Israel yang menargetkan pemimpin Hamas di Doha, sehingga memicu gelombang kecaman internasional.
"Waktunya telah tiba bagi masyarakat internasional untuk berhenti menggunakan standar ganda dan menghukum Israel atas semua kejahatan yang telah dilakukannya," ujarnya dikutip AFP, Minggu (14/9/2025).
Baca Juga:
Usai Serangan Israel di Doha Trump Temui PM Qatar, Bahas Ini
Ia juga menegaskan bahwa upaya Israel untuk melakukan genosida dan mengusir rakyat Palestina dari tanah airnya tidak akan berhasil.
"Israel perlu tahu perang pemusnahan yang sedang berlangsung dan dialami oleh saudara-saudara kita, Palestina, dan yang bertujuan untuk mengusir mereka dari tanah mereka, tidak akan berhasil," imbuh perdana menteri.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menjelaskan bahwa pertemuan para pemimpin Arab dan Islam pada Senin (15/9/2025) akan membahas rancangan resolusi terkait agresi Israel terhadap Qatar sekaligus kekejaman yang terjadi di Gaza.
Sejumlah tokoh dunia dipastikan hadir, di antaranya Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, dan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang sudah tiba lebih awal di Doha pada Minggu.
Media Turki juga melaporkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan menghadiri KTT ini.
Namun, belum ada kepastian apakah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) akan hadir, mengingat posisinya sebagai penguasa de facto kerajaan Saudi.
Qatar sendiri memiliki peran strategis dalam konflik Timur Tengah.
Negara ini menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di kawasan dan berfungsi sebagai mediator penting dalam upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas, bersama Amerika Serikat dan Mesir.
Terpisah, anggota politbiro Hamas, Bassem Naim, menyampaikan harapan besar terhadap KTT darurat ini.
Menurutnya, dunia Arab dan Islam harus mengambil sikap tegas serta kompak untuk melawan agresi Israel.
Hamas juga menuntut agar pertemuan tersebut menghasilkan langkah nyata, jelas, dan spesifik dalam memberikan tekanan politik maupun sanksi terhadap Israel.
Sementara itu, data terbaru menggambarkan betapa mengerikannya dampak perang.
Mantan komandan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi, mengakui bahwa lebih dari 200 ribu warga Palestina tewas atau terluka dalam agresi di Gaza.
Ia menyebut angka tersebut setara dengan lebih dari 10 persen populasi Gaza yang berjumlah sekitar 2,2 juta jiwa.
Laporan Halevi itu mendekati data resmi Kementerian Kesehatan Gaza.
Berdasarkan catatan lembaga tersebut, sebanyak 64.718 warga Palestina dilaporkan tewas, sementara 163.859 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan beruntun Israel yang disebut-sebut sebagai bentuk genosida.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]