"Rezim algojo brutal tidak boleh diizinkan memiliki
senjata pemusnah massal," katanya, seperti dikutip BBC, Senin (21/6/2021).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid
terang-terangan menyebut Raisi sebagai ekstremis. "Presiden baru Iran,
yang dikenal sebagai Jagal Teheran, adalah seorang ekstremis yang bertanggung
jawab atas kematian ribuan orang Iran. Dia berkomitmen pada ambisi nuklir rezim
dan kampanye teror globalnya," katanya di Twitter.
Baca Juga:
PM Israel Netanyahu Persiapkan Serangan Besar ke Lebanon untuk Habisi Hizbullah
"Pemilihannya harus mendorong tekad baru untuk segera
menghentikan program nuklir Iran dan mengakhiri ambisi regionalnya yang
merusak," ujarnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat
melalui Twitter mengatakan Raisi akan menjadi presiden paling ekstremis.
"Seorang tokoh ekstremis, yang berkomitmen pada program
nuklir militer Iran yang berkembang pesat, pemilihannya memperjelas niat jahat
Iran yang sebenarnya, dan harus memicu keprihatinan serius di antara komunitas
internasional," katanya.
Baca Juga:
Perawat di AS Dipecat Gegara Sebut Perang Israel di Gaza sebagai Genosida
Pada Kamis pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz
mengatakan negaranya dan Amerika Serikat sedang bekerja untuk meningkatkan
pemantauan program nuklir Teheran. Dia memperingatkan bahwa "semua opsi
ada di atas meja" mengenai kesiapan Israel untuk melakukan serangan
militer untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aviv Kohavi
memimpin delegasi senior perwira tinggi militer Zionis ke Washington pada
Minggu pagi untuk bertemu dengan para pejabat Amerika membahas tentang program
nuklir Iran dan upaya ekspansionisnya di kawasan itu.
"Kepala staf akan berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang
tantangan keamanan bersama saat ini, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan
ancaman nuklir Iran, upaya Iran untuk memperkuat diri secara militer di Timur
Tengah, upaya persenjataan kembali Hizbullah, konsekuensi dari ancaman peluru
kendali presisi dan pembentukan kekuatan gabungan," kata IDF seperti dikutip
dari Times of Israel. [dhn]