WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ratusan ribu warga Belanda tumpah ruah ke jalanan Kota Den Haag pada Minggu waktu setempat, dalam aksi solidaritas besar-besaran untuk mendukung rakyat Palestina dan menuntut dihentikannya kekerasan di Jalur Gaza.
Massa demonstran tampak mengenakan pakaian serba merah, mengikuti imbauan dari organisasi kemanusiaan Oxfam Novib yang menyebut warna merah sebagai simbol "garis batas" terhadap kekejaman yang terjadi di Gaza.
Baca Juga:
Genosida di Palestina Tak Kenal Henti, Korban Perang Capai Puluhan Ribu
Menurut penyelenggara aksi, lebih dari 100.000 orang ikut ambil bagian, menjadikannya sebagai salah satu protes publik terbesar dalam dua dekade terakhir di Belanda.
Polisi belum memberikan data resmi terkait jumlah peserta.
Para demonstran menyuarakan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah Belanda, yang dinilai tidak cukup tegas dalam menanggapi tindakan militer Israel terhadap warga Palestina.
Baca Juga:
RS Indonesia di Gaza Kolaps, Jenazah Korban Serangan Israel Tergeletak di Lantai
Mereka mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menghentikan kekerasan yang diduga telah mencapai tingkat genosida.
Rick Timmermans, salah satu peserta demo berusia 25 tahun, menyoroti dugaan keterlibatan pemerintah Belanda dalam suplai komponen untuk jet tempur F-35 yang digunakan oleh Israel.
Sementara itu, Jolanda Nio, guru berusia 59 tahun, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap sikap pemerintah.
“Terkadang saya malu dengan pemerintah karena tidak ingin menetapkan batasan apa pun,” ujarnya sebagaimana dikutip AFP, Senin (19/5/2025).
Aksi solidaritas ini berlangsung di tengah meningkatnya intensitas serangan militer Israel.
Pada hari yang sama, militer Israel mengumumkan perluasan serangan darat di Gaza, dengan mengerahkan pasukan reguler dan cadangan dari Komando Selatan.
Serangan ini disebut sebagai bagian dari strategi untuk “mengganggu persiapan musuh,” menurut juru bicara militer Avichay Adraee.
Kekerasan terbaru tersebut merupakan kelanjutan dari konflik yang dipicu serangan Hamas ke wilayah Israel pada Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, mayoritas warga sipil.
Selain itu, 251 orang disandera dalam serangan tersebut, dengan 57 di antaranya masih ditahan di Gaza 34 di antaranya dinyatakan tewas oleh militer Israel.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa sejak Israel melanjutkan serangannya pada 18 Maret 2025, sedikitnya 3.193 warga tewas, sehingga total korban sejak awal konflik mencapai 53.339 orang.
Kasus dugaan genosida kini tengah disidangkan di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, menyusul gugatan yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel atas dugaan pelanggaran Konvensi Genosida PBB 1948.
Pemerintah Israel membantah keras tuduhan tersebut.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]