WAHANANEWS.CO - Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, mengalami kolaps setelah dibanjiri puluhan pasien dan jenazah korban serangan udara Israel pada Rabu (14/5/2025).
Kondisi kritis ini dilaporkan langsung oleh dokter RS Indonesia, Mohammad Awad, yang menyebut rumah sakit tak lagi mampu memberikan pelayanan medis akibat kekurangan pasokan.
Baca Juga:
Belum Bicara soal Gaza, Paus Leo XIV Didesak Ikuti Jejak Fransiskus
"Jenazah para syahid tergeletak di lantai koridor rumah sakit," ujar Awad kepada AFP.
Ia menambahkan, "Tidak ada tempat tidur, tidak ada obat-obatan, dan tidak ada sarana untuk bedah maupun perawatan medis sehingga dokter tidak bisa menyelamatkan pasien yang sekarat."
Serangan militer Israel pada Rabu menghantam lima bangunan tempat tinggal dan kamp pengungsian di Gaza utara tanpa pemberitahuan sebelumnya. Al Jazeera dan The New York Times melaporkan sedikitnya 50 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Baca Juga:
Genosida Terstruktur, Israel Hapus 2.200 Keluarga Palestina dari Catatan Sipil
Warga Gaza, Odai Daama, menyebut tidak ada peringatan sebelum serangan terjadi.
"Sekitar tengah malam, serangan dimulai dan menghantam rumah-rumah di sekitar kami," katanya, seraya menambahkan bahwa ia tak mendapat informasi apapun karena tidak ada koneksi internet.
Meski militer Israel mengklaim telah memberi peringatan agar warga mengungsi dari beberapa area di Gaza City, laporan dari lapangan menunjukkan banyak warga tidak mengetahui hal itu.
Serangan ini disebut sebagai balasan atas roket yang diklaim ditembakkan ke wilayah Israel, dengan target kelompok Hamas dan Jihad Islam.
Serangan terbaru ini terjadi setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir pada Maret lalu.
Sejak itu, Israel terus menggempur Gaza dan mengerahkan ribuan pasukan darat untuk merebut wilayah yang sebelumnya sempat dikuasai pejuang Palestina selama masa jeda pertempuran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan mengancam akan meningkatkan intensitas serangan jika Hamas tidak menyerah dan membebaskan seluruh sandera.
Langkah Israel ini menuai kecaman luas dari komunitas internasional.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]